Kemenpora Andalkan Cabor Non Olimpiade

JAKARTA - Masa persiapan akhir yang dijalani atlet Indonesia menjelang Asian Games 2018 menjadi momen penting untuk berbenah. Apalagi kontingen Indonesia dipatok target finis di peringkat kesepuluh di akhir multievent olahraga se Asia tersebut. Dalam hal ini, Kemenpora sebagai pemangku kebijakan olahraga Indonesia masih optimistis bisa memenuhi target besar tersebut. Salah satu sumbernya diharapkan muncul dari cabang olahraga non olimpiade yang diusulkan Indonesia sebagai tuan rumah. Yakni, pencak silat, jetski, paralayang dan bridge. Mulyana, Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora menyatakan empat cabor tersebut diproyeksikan mendulang 11 medali emas. “Dari empat cabor usulan tersebut ada 32 medali emas yang diperebutkan, 40 persen saja bisa tercapai, kami yakin bisa tembus peringkat 10 besar,” ujar Mulyana. Mengacu hasil di edisi Asian Games 2014, Incheon Korea Selatan, dengan 11 medali emas, seharusnya Indonesia bisa menempati peringkat 7 atau 8. Tetapi hitungan itu belumlah mutlak. Mulyana menyebutkan, masih ada beberapa cabor lainnya yang bisa dimaksimalkan. Misalnya, panjat tebing, bulu tangkis, wushu, rowing, dan taekwondo (poomsae putri). Cabor tersebut juga berpotensi untuk bisa mendulang medali bagi kontingen Indonesia. Sementara itu, Richard Sam Bera, olimpian dan legenda renang Indonesia menyebut persiapan akhir yang dijalankan atlet Indonesia saat ini penuh tantangan. “Kami sadar persiapan memang kurang, selain panitia, atlet juga persiapannya minim,” terangnya. Pria yang juga sebagai ketua Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) itu menyatakan kondisi yang ada saat ini merupakan problem klasik yang harus diuraikan segera. “Untuk Asian Games semua harus menerima, tetapi kami biara untuk di ajang besar selanjutnya,” lanjutnya. Persiapan dan dukungan finansial dari pemerintah dan pihak terkait juga cukup menentukan bagi persiapan atlet andalan Indonesia. (nap)

Sumber: