Rossi-Lorenzo Out, Marquez Bisa La Decima Gelar Aman di Tiga Lomba Tersisa

Rossi-Lorenzo Out, Marquez Bisa La Decima Gelar Aman di Tiga Lomba Tersisa

MOTEGI- Persaingan juara dunia MotoGP 2016 berakhir terlalu cepat. Kemarin (16/10), Marc Marquez mengamankan gelar. Pembalap Repsol itu tak mungkin terkejar lagi setelah dua pesaing terdekatnya Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo out dari lomba di Sirkuit Motegi, Jepang. Padahal, lomba masih tersisa tiga seri lagi. marcmarquezmotogpjapanraceme0o8qpobxtx Kemenangan di Motegi membuat Marquez mengoleksi 273 poin. Dia unggul 77 poin dari Rossi yang menjadi pesaing terdekatnya. Dengan 25 poin maksimal pada masing-masing lomba, secara matematis tidak akan ada yang bisa mengejar Marquez. Movistar Yamaha datang ke Jepang dengan satu ambisi sederhana: menunda pesta Marquez di sirkuit kandang Honda. Kekuatan Yamaha sedang dalam posisi puncak. Rossi meraih pole position. Lorenzo mengapit Marquez di posisi ketiga. Yang paling membuat Yamaha optimistis adalah, Motegi selalu bersahabat dengan YZR-M1. Sebaliknya, Marquez belum pernah menang di sana sejak naik ke kelas tertinggi pada 2013. Marquez juga bisa dibilang bertarung sendirian. Rekan setimnya, Dani Pedrosa, juara di Motegi musim lalu, harus absen balapan lantaran celaka di sesi latihan bebas kedua. Tulang selangkanya patah, hingga diprediksi bakal cuti sampai satu bulan ke depan. Ada Hiroshi Aoyama yang menggantikan. Tapi dia bukan rider selevel dengan para Alien. Namun lomba berkata lain. Motegi tiba-tiba menjadi "kuburan" bagi duo Yamaha. Rossi yang start dari pole position terjatuh di tikungan 10 pada lap ketujuh. Saat itu The Doctor sedang mengejar Marquez yang saat itu memimpin lomba. Tikungan 10 adalah tikungan dimana Marquez sempat terjatuh di FP2 Jumat (14/10). Saat merebahkan motornya memasuki tikungan Rossi kehilangan cengkeraman roda depannya. Motornya terseret keluar. Rider 37 tahun itu sempat kembali mengedarai motornya dan melanjutkan balapan. Namun kerusakan parah pada tunggangannya memaksa Rossi pulang ke pit dan menyudahi perjuangannya. Andai mampu bertahan di posisi runner-up sampai akhir lomba Marquez dipastikan harus menunda pestanya. Insiden tersebut adalah DNF (do not finish) Rossi yang keempat musim ini. Yang kedua saat dia memulai lomba dari pole position. Sebelumnya mesin motor Rossi rusak saat memimpin lomba di Mugello, balapan yang juga sama krusialnya dengan di Motegi kemarin. "Jujur aku tidak merasakan masalah apa pun. Tidak terlalu kencang, tidak melebar, juga tidak terlalu dalam. Tapi aku kehilangan cengkeraman ban depan yang logikanya aku melakukan kesalahan, " ungkap Rossi dikutip dari Crash. Seperti mayoritas pembalap di grid Rossi memilih ban depan medium dan belakang soft. Setelah Rossi terjatuh, harapan Yamaha untuk menunda pesta Honda di Motegi ada di pundak Lorenzo. Jarak keduanya 66 poin sebelum race. Jika Lorenzo finis runner-up Marquez hanya bisa memperlebar jaraknya menjadi 71 poin. Belum aman jika mengingat masih ada tiga seri tersisa dengan 75 poin yang tersisa. Atau Lorenzo hanya butuh finis minimal keempat untuk menahan kemenangan Honda. Namun, lagi-lagi Motegi sedang tak berpihak kepada Yamaha. Lorenzo yang sedang dikejar rider Ducati Andrea Dovizioso bernasib sama dengan Rossi. Kehilangan cengkeraman ban depan di Tikungan 9, motor Lorenzo terseret keluar trek. Musnah sudah harapan Yamaha. "Aku melakukan kesalahan. Aku menggeber motorku di saat roda tidak berfungsi dengan baik," tuturnya. Rider Majorca itu mengaku sedang berupaya mempertahankan posisinya dari kejaran Dovizioso saat kecelakaan itu terjadi. Menurutnya pilihan ban medium-soft tidak tepat karena di awal lomba roda depannya sering bergetar saat keluar tikungan. "Di Aragon kami pilihan kami benar tapi di sini (Motegi) salah," katanya. Kemenangan Marquez di Motegi sekaligus mencatatkan rekor fenomenal sebagai rider termuda yang sukses merengkuh tiga kali juara dunia di kelas premium. Seluruh tim langsung merayakan kemenangan itu dengan mengenakan kaus bertuliskan "Give Me Five" yang berarti lima gelar juara dunia sudah direngkuh pemuda Spanyol 23 tahun tersebut. Masing-masing satu gelar di kelas 125 cc dan Moto2, plus tiga kali juara dunia MotoGP. Tiga kali juara di tahun keempatnya di kelas para raja. Marquez memang layak merengkuh juara dunia MotoGP musim ini. Dialah pembalap paling konsisten di antara favorit juara lainnya. Tak pernah satu kali lombapun dilewatkan tanpa membawa pulang poin. Padahal, di atas kertas motornya tak sesempurna tunggangan rivalnya di Yamaha. Masalah akselerasi di tikungan dan lemahnya stabilitas bagian belakang motornya menghantuinya setiap seri di awal musim. Namun, di Motegi ritme balapnya terjaga dengan sangat baik. Sejak sesi latihan hari pertama, kedua, sampai warm up, dominasi Marquez sudah menunjukkan potensi besar untuk menang. Saat lomba race pace-nya konsisten di angka 1 menit 45 detik setiap lap. Karena itu setelah memimpin lomba di lap kedua, jaraknya dengan pembalap di belakangnya terus melebar. Dan seperti dua tahun lalu, Marquez sukses mengamankan gelar juaranya di Motegi. Jaraknya dengan Rossi sebagai runner up kini 77 poin dan tak mungkin terkejar lagi di tiga seri tersisa. "Jujur saat melihat Lorenzo out aku tiba-tiba lupa semua hal. Aku sampai lupa mengganti gir 2, 3, sampai 4 kali dalam satu lap. Aku tidak ingat di sirkuit mana aku membalap," seru Marquez mengisahkan perasaannya di empat lap terakhir menuju gelar juara dunia seperti dikutip Crash. Kemudian Marquez melihat di belakangnya tersisa Dovizioso yang mengejarnya. "Anda bisa lihat saat kehilangan konsentrasi itu aku kehilangan 1,5 detik dalam satu lap," kata dia Menyadari hal itu, Marquez kembali berkonsentrasi menyelesaikan lomba. Bahkan setelah finis pun tak ada rencana apa pun di benaknya untuk melakukan selebrasi. Karena sama sekali tidak dipersiapkan. "Tapi tim sangat percaya padaku. Jadi mereka sudah menyiapkan kaus (bertuliskan "Give me five") itu di sana," sebutnya. Gelar juara Marquez musim ini juga didapat melalui proses pendewasaan mental sepanjang jedah musim dingin. Marquez yang berapi-api seperti satu atau dua tahun lalu sudah berubah. Lebih tenang dan tidak lagi berambisi memenangi setiap balapan yang justru bisa menjadi blunder bagi perjuangannya merebut gelar juara dunia. (cak/ang)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: