Wawang Ar-Rasyied, Atlet Karate Banyumas Pernah Jadi Kuli Panggul, Bahkan Sempat Jual Medali

Wawang Ar-Rasyied, Atlet Karate Banyumas Pernah Jadi Kuli Panggul, Bahkan Sempat Jual Medali

Nama Wawang Ar-Rasyied pasti tidak asing di telingan Karateka Banyumas. Pernah menjabat sebagai Pengurus Federasi Olahraga Karatedo Indonesia (Forki) Banyumas jalan hidupnya sungguh berliku. ALI IBRAHIM, PURWOKERTO Secercah harapan tergambar saat Wawang Ar-Rasyied memlai kisah hidupanya menginjakan kaki di Banyumas. Meski tidak sebesar Bandung, kota kelahiranya, harapan akan penghidupan yang layak jelas di depan mata. Wawang Ar-Rasyied, pria kelahiran Bandung 10 Oktober 1980 itu hijrah ke Purwokerto tahun 2000 silam. Maksud hati memang untuk mencari pekerjaan. "Ingin mencari suasana kehidupan yang beda, mungkin sudah mejadi jiwa saya, suka mencari pengalaman dan suasana baru di daerah yang baru juga," kata Wawang saat ditemui Radarmas di rumahnya, kemarin. foto-kaki_wawang-ar-rasjid-2x Tetapi, kenyataan tidak sesuai dengan rencana awalnnya. Di kota kripik ini, Wawang malah kembali berkutat dengan buku-buku. Atas tawaran seseorang, Wawang justru mendaftar di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP). Wawang ke Purwokerto berangkat berbekal prestasi karate. Berbagai prestasi memang sudah berhasil diraihnnya saat membela kampung halamannnya. Tidak heran, ketika datang ke Purwokerto, dia dirangkul untuk masuk menjadi atlet Banyumas. Dia pun membela Banyumas dalam berbagai even. "Sama sekali tidak ada niat untuk sekolah, tetapi saya pikir itu tawaran yang tidak semua orang bisa mendapatkannya. Jadi saya terima dan saya, dan saya menjadi atlet Banyumas," jelasnnya. Hingga lima tahun berjalan, kehidupannya masih berjalan baik. Selama di Banyumas, ia juga aktif memngurus Federasi Olahraga Karate-do Indonesia (Forki) Kabupaten Banyumas. Setelah sekitar lima tahun, Wawang akhirnya pindah ke daerah lain. Kali ini, Kalimantan Selatan (Kalsel) menjadi tempat persinggahannya. "Sekitar satu tahun disana, kemudian lanjut ke Tenggarong, Kutai," ucap jebolan S1 Psikologi UMP itu. Pada tahun 2007, dirinya kembali ke Jawa. Namun bukan Purwokerto, tapi Purbalingga. Dunia beladiri karate masih ditekuni. Tahun itu juga, Wawang mengakiri masa lajangnnya. Ia menikahi gadis Purwokerto, Wiji Astuti. Usai menikah, Wawang kembali ke Banyumas. Setelah menikah, perjalan hidupanya terasa baru dimulai. Bukan karena lantaran pernikahan yang menuntut harus menghidupi istri dan anak pertamannya, Nayla Jasmine Ar-Rasyied. Tetapi terpaan yang menguji hidupnya datang silih berganti. Masa-masa sulit makin dirasakan ketika pernikahannya dikaruni anak kedua. Bayi mungil yang lahir pada 20 Mei 2009 itu diberi nama M Zaky Ar-Rasyied. "Sejak usia tujuh bulan Zaky terkena suatu penyakit, yang dalam penyembuhannya harus dilakukan terapi yang berkelanjutan," ucap Wawang yang beberapa kali menghamengharumkan Indonesia pada kejuaraan Internasional. Wawang menceritakan, Zaky harus menjalani operasi di RS Sarjito, Jogjakarta. Pengobatan tersebut harus dijalani setiap bulan, selama sikitar setengah tahun. Untuk biaya pengobatan setiap bulannya, dia harus mengeluarkan uang sebesar Rp 12 juta. Belum lagi, dia harus tetap bisa menghidupi operasional sehari-hari keluargannya. "Masa itu saya benar-benar sedang ada pada posisi paling bawah, tetapi saya harus bisa menunjukan ketegaran agar bisa memberikan sedikit pelipur untuk anak dan istri," ucapnya. Pada waktu itu dia berhenti dari kejaan dan meilih berwiraswasta, jualan burger pada saat itu. Tetapi, masa jayanya tidak bertahan lama, lalu ia kembali jatuh. Ahirnya, dia mencoba mendapatkan penghasilan dengan berjualan bakso, di Pasar wage. Selain jualan, dia juga sembari menjadi kuli panggul disana. "Awalnya jualan burger, terus bakso, sempat juga jualan soto dan martabak, dan saya juga "nyambi" dengan menjadi kuli panggul," ucapnya. Awalnya, lanjut Wawang, dia merasa malu, apalagi beban makin berat karena dia berstatus sarjana. Tetapi, demi sang buah hati dan keluarga kecilnya, dia tepi semua perasaan dan omongan orang. "Yang ada dalam pikiran saya saat itu adalah uang untuk keluarga, tidak peduli menjadi apa saya asal halal," tegas Wawang. Saat dia dalam keadaan yang benar-benar terhimpit masalah finansial, bingung bercampur marahnya, dia sempat menjual koleksi medali yang pernah ia raih. “Saat itu uang Rp 500 perak pun saya tidak punya. Saking butuhnya, saya sempat menjual medali, waktu itu setelah ditimbang, kata tukang rongsok barang yang terkumpul senilai Rp 200 ribu, tapi tukang rongsok tidak mau membeli, katanya mending disimpan,” katanya. Akhirnya, masa-masa sulit yang dialami dia dan keluarga bisa terlewati. Zaky akhirnya bisa sembuh dari penyakitnya. Perlahan keadaan keluarga mulai membaik. Hingga pada tahun 2012, lahirlah anak ketiga tepatnya pada 15 juli dan diberi nama M Zidane Ar-Rasyied. Singkat cerita, akhirnya dengan berbagai usaha yang dilakukan, sekarang dia bisa bangkit dan berkembang. Sudah sekitar tiga tahunWawang menekuni usha Clothing. Hasilnya pun sampai saat ini bisa dinilai lebih dari cukup. “Dulu saya pernah bingung hanya untuk ketika susu anak habis, dan anak bangun dimalam hari. Akhirnya saya keluar rumah dan pinjam tetangga untuk beli susu sachet-an, dan ternyata anak apal dengan susu yang biasanya, akhirnya anak tertidur karena lelah menangis,” kenang Wawang. Sebagai atlet yang berprestasi, tidak sekali dua kali dia mengangkat nama Karate Banyumas, dia berharap bisa diberikan pekerjaan yang layak oleh Pemda Banyumas. Dia sempat mengajukan untuk bisa menjadi PNS, atau pun menjadi karyawan di salah satu instansi pemerintahan. Tetapi, sampai sekarang prestasinya seperti tidak pernah dilihat. "Sampai sekarang pun saya masih berharap bisa pekerjaanari pemda Banyumas," harapan wawang yang saat ini mencoba menekuni usaha distro. Dari pengalamannya, Wawang mulai mengajarkan kepada para atlet binaanya, bagaimana pun nanti nasibnya, dia menyarankan untuk berlatih bisa hidup mandiri. “Sekarang saya ingin mengajarkan kepada para atlet, agar tidak terlalu berharap, sebisa mungkin hidup karena kemandirian dan usaha sendiri, percaya lah pada diri sendiri,” pungkasnya. (*/acd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: