Covid-19 Varian Alpha Masuk Indonesia, BNPB Soroti Minimnya Penggunaan Masker
SWAB NONSTOP 24 JAM: Sejumlah tenaga kesehatan beristirahat setelah melakukan tes swab kepada pengendara di Jembatan Suramadu sisi Surabaya Senin dini hari (7/6). JAWA TIMUR - Varian baru Covid-19 yang dilabeli nomor B117 (Alpha) ternyata sudah masuk Bangkalan, Madura. Virus yang ditemukan kali pertama di Inggris tersebut bahkan telah menginfeksi seorang warga. https://radarbanyumas.co.id/pasien-covid-dari-wilayah-solo-raya-dan-kudus-dikarantina-di-asrama-haji-boyolali/ Hal itu diketahui setelah Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga (Unair) memeriksa seorang pasien yang berasal dari Bangkalan. "Hal ini diketahui setelah ada pemeriksaan sampel kasus Covid-19 di ITD. Diperiksa genomic sequencing untuk mengetahui apakah virus yang menjangkiti pasien itu varian lama atau baru,” ujar anggota Dewan Pakar Satgas Covid-19 Jatim Agung Dwi Wahyu Widodo. Agung sudah melaporkan temuan itu ke Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID). Sebuah organisasi yang menghimpun data tentang varian influenza serta korona. Varian B117 itu disebut Agung mampu menyebar lebih cepat. Penularan antarmanusia bisa meningkat hingga 40–90 persen. Dia mencontohkan kasus di Amerika. Dalam sepuluh hari saja, kasus positif Covid-19 meningkat pesat. Akibatnya, pasien yang dirujuk ke rumah sakit (RS) meningkat tajam. Disertai kondisi yang berat. Implikasinya, angka kematian ikut terkerek naik. Agung mengatakan, WHO sudah mengingatkan tentang bahaya yang lebih besar dari mutasi Covid-19 itu. Persebaran yang cepat terjadi di daerah yang sudah diidentifikasi. Kewaspadaan ekstra harus dilakukan. Salah satunya dengan menambah ruang isolasi. Bahkan, ada laporan yang menyebut varian itu membuat pasien dengan komorbid mengalami kondisi yang semakin berat dalam waktu cepat. "Ada juga temuan soal kasus reinfeksi," kata pakar imunologi Unair itu. Jadi, varian B117 tersebut akan membuat orang yang sudah terpapar bisa terserang lagi. Itu yang terjadi di Inggris. Dia mengungkapkan, saat ini yang bisa dilakukan masyarakat adalah memperkuat perlindungan diri dengan cara penerapan 5M yang diperketat. Jangan sampai kendur karena risiko yang dihadapi sangat besar. "Kami tidak sedang menakut-nakuti masyarakat. Sebab, varian ini memang ada dan sudah masuk Indonesia. Faktanya, Inggris yang sudah maju pun lumpuh. Amerika mengalami hal yang sama, terserang virus ini jatuh juga," terangnya. Sementara itu, warga Madura yang dinyatakan terinfeksi Covid-19 kembali bertambah. Kemarin (8/6) sebanyak 136 orang masuk ke Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI), Surabaya. Mereka terdiri atas 53 laki-laki dan 83 perempuan. Mayoritas adalah warga Kabupaten Bangkalan. Ke-136 orang diketahui terkonfirmasi Covid-19 setelah menjalani rapid test antigen di exit Jembatan Suramadu sisi Surabaya. Sebelum mereka masuk RSLI, CT value-nya diperiksa. Hasilnya, CT value puluhan pasien kurang dari 25. Meski begitu, mereka masuk dalam kategori pasien dengan gejala ringan. Fenomena itu kembali membuat Penanggung Jawab RSLI Laksamana Pertama TNI dr I Dewa Gede Nalendra Djaya Iswara merasa curiga. Sebab, jika CT value rendah, seharusnya kondisi tubuh pasien cukup lemah. Mereka semestinya mengalami beberapa gejala seperti demam tinggi, sesak napas, dan gangguan penciuman. "Sebaliknya, ini tidak demikian. CT value rendah, tapi kondisi tubuh tetap bugar. Gejalanya seperti PMI (pekerja migran Indonesia, Red) yang terkena virus varian baru," ujar jenderal bintang satu tersebut. Tambahan pasien baru itu membuat RSLI berpotensi overload. Karena itu, RSLI mulai mempersiapkan penambahan fasilitas. Salah satunya, tempat tidur. Saat ini hanya tersedia 400 tempat tidur. Namun, jika jumlah pasien mencapai 300 orang, tempat tidur perlu ditambah minimal 100 bed. https://radarbanyumas.co.id/setiap-hari-56-orang-positif-kasus-covid-19-di-kabupaten-tegal-meningkat-tajam/ Dokter Nalendra mengakui, apa yang dikhawatirkannya akhirnya terjadi. Lonjakan kasus Covid-19 terjadi setelah dua atau tiga minggu pascalibur Lebaran. Meski pemerintah telah melarang mudik, masih banyak warga yang nekat pulang kampung. Termasuk PMI Jawa Timur yang bekerja di luar negeri. ”Kalau melihat masa inkubasi virus korona, saat ini memang sudah waktunya. Perlahan, persebaran virus mulai diketahui,” kata dr Nalendra. Sementara itu, Ketua Pelaksana Program Pendampingan Keluarga Pasien Covid-19 RSLI Radian Jadid menyebutkan, hingga kemarin total pasien mencapai 274 orang. Ada 26 pasien yang CT value-nya di bawah 25. Uji sampel pasien telah dilakukan dan dikirimkan ke Balitbangkes, Jakarta, dan ITD Unair, Surabaya. Karena dinilai urgen, dia berharap penelitian sampel dipercepat. Tidak sampai menunggu 14 hari. Sebab, pasien harus segera dipastikan mengidap virus korona varian baru atau tidak. Meski para pasien itu masuk kategori ringan, kebanyakan di antara mereka shock saat divonis terinfeksi Covid-19. Sebab, mereka tidak menyangka bisa terpapar virus tersebut. Apalagi, sebelumnya mereka merasa sehat dan tidak merasakan gejala apa pun. ”Yang shock itu termasuk pasien yang dalam waktu dekat melakukan kegiatan penting. Misalnya, mau lamaran atau menikahkan anak,” ungkap Jadid. Situasi tersebut memengaruhi kondisi psikologis mereka. Jika berlarut-larut, kondisi itu bisa berdampak pada tubuh mereka. Penyembuhan akan semakin lama. Sebagai langkah antisipasi, pihaknya telah menerjunkan relawan untuk mendampingi pasien. Para relawan itu bertugas membuat pasien merasa nyaman berada di RSLI. Sebab, pikiran yang tenang merupakan kunci kesembuhan pasien. (gal/ian/jup/yan/c14/c7/oni/ilh/JP)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: