Persaingan Industri Wisata di Kebumen Kian Ketat
DISKUSI AKHIR TAHUN: Peserta serius membahas permasalahan wisata Kebumen dalam diskusi akhir tahun yang diadakan di Roemah Martha Tilaar, Sabtu (22/12).SUDARNO/EKSPRES GOMBONG - Tahun 2019, industri pariwisata Kebumen akan menghadapi berbagai peluang dan tantangan baru. Beroperasinya Bandara Internasional Yogyakarta pada April 2019 dan beroperasinya jalur ganda kereta api serta rampungnya jalan raya jalur selatan potensial mengangkat industri wisata. Namun perlu disikapi pula persaingan yang semakin ketat antarwilayah di sekitar Kebumen serta semakin meningkatnya tuntutan wisatawan terhadap berbagai produk wisata. Semua itu perlu disikapi dengan membangun sinergitas para pelaku wisata di Kebumen serta penyusunan strategi pengembangan wisata yang komprehensif, realistis, tanggap terhadap pasar namun tetap mengedepankan potensi lokal. Demikian kesimpulan yang muncul dalam diskusi akhir tahun yang diadakan di Roemah Martha Tilaar, Sabtu (22/12). Hadir dalam kesempatan itu unsur pemerintah daerah, Perhimpunan Hotel dan Restauran (PHRI), Himpunan Pemandu Indonesia (HPI), biro wisata, pengelola obyek wisata, pegiat media sosial dan pemerhati wisata lainnya. Hadir pula M Harysa Pambudi, dari lembaga pengembangan wisata Caventer. Salah satu pemilik usaha rental mobil wisata, Wira, mengungkapkan bahwa wisatawan yang selama ini dilayaninya sebagian besar masih menempatkan Kebumen sebagai wisata transit bukan tujuan utama. “Kebanyakan tamu saya merangkai Kebumen dengan wisata Dieng, Baturaden dan Yogyakarta. Masih jarang yang menempatkan Kebumen sebagai destinasi utama," jelas Wira. Selain karena fasilitas penginapan masih terbatas, kata Wira, juga banyak tempat wisata yang berkarakter sama. Sehingga misalkan ke pantai cukup satu saja karena yang lain juga mirip. Sementara salah satu pengamat wisata dan travel blogger, Iqbal Kautsar, menyoroti masih banyaknya komunitas yang mengembangkan tempat wisata tanpa konsep yang matang. Menurut Iqbal, ada beberapa hal mendasar yang sering diabaikan oleh komunitas pengelola destinasi di Kebumen. Yaitu kelembagaan, konsep yang diusung, dan inisiatif lokal untuk mengembangkan pasar, dan pengadaan fasilitas. "Perlu ada pendampingan dan pencerahan baik dari pemerintah maupun pelaku industri wisata lain agar komunitas lebih mampu menyusun langkah yang terarah," ujar Iqbal. Kabid Perekonomian BAP3DA Kebumen, Yunita Prasetyani, mengapresiasi adanya forum diskusi tersebut. “Harus kita akui masih banyak hal yang harus dibenahi kalau kita ingin pariwisata Kebumen mampu bersaing di tingkat lokal," terangnya. Menurutnya, disinilah dibutuhkan sinergitas para pemangku kepentingan, baik swasta, pemerintah maupun komunitas. "Forum diskusi lintas pemangku semacam ini sangat baik dilakukan secara reguler agar langkah yang diambil setiap pihak bisa seirama dan searah dengan pihak yang lain,” kata Yunita. (ori)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: