Mengunjungi Ponpes Al Fatah Parakancanggah, Banjarnegara, Pesantren Para Santri Lanjut Usia, Ada Santri yang B

Mengunjungi Ponpes Al Fatah Parakancanggah, Banjarnegara, Pesantren Para Santri Lanjut Usia, Ada Santri yang B

BELAJAR AGAMA : Santri Suluk yang sudah berusia lanjut sedang membaca Al-Qur'an. DARNO/RADARMAS BANJARNEGARA - PARA santri di pondok pesantren biasanya masih anak-anak atau remaja. Namun berbeda dengan para santri Suluk di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Fatah Parakancanggah, Banjarnegara. Meski usianya tak lagi muda, para santri tetap semangat menimba ilmu dan beribadah di pesantren. Para lansia ini memilih nyantri agar bisa lebih fokus beribadah di bulan suci Ramadan. Ya, pemandangan berbeda terlihat di Pesantren Al Fatah Parakancanggah, Banjarnegara. Selain banyak santri yang masih muda, terdapat bangunan bertingkat yang khusus menampung santri lanjut usia (lansia). Mereka ini merupakan santri Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah atau yang lebih mudah dilafalkan dengan 'Santri Suluk'. Usia yang tak lagi muda, membuat mereka ingin bisa lebih fokus beribadah sekaligus menimba ilmu. https://radarbanyumas.co.id/57-santriawan-dan-santriwati-madrasah-salafiyah-diniyah-al-ittihaad-desa-pasir-kulon-diwisuda/ BELAJAR AGAMA : Santri Suluk yang sudah berusia lanjut sedang membaca Al-Qur'an. DARNO/RADARMAS "Lebih enak di sini daripada di rumah. Bisa beribadah berjamaah, sama -sama. Tidak terganggu dengan pekerjaan atau memikirkan lainnya," kata Ahmad Faozi. Santri berusia 60 tahun ini berasal dari Desa Mergosari Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Wonosobo. Dia mengikuti kegiatan Suluk ini tiga kali dalam setahun yaitu di bulan Rajab, Sura dan Puasa. Ahmad Faozi mengikuti Pesantren Suluk sejak empat tahun lalu. "Untuk kegiatan ibadahnya dzuhur, asar, ba'da tarawih, malam mulai jam 12 sampai jam tiga pagi," kata dia. Santri Suluk lainnya Ahmad Fadil mengaku, mengikuti Suluk sejak 25 tahun lalu. Ahmad Fadil berasal dari Desa Jojogan Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo. Fadil mengikuti Suluk di bulan Ramadan ini selama 20 hari. BELAJAR AGAMA : Santri Suluk yang sudah berusia lanjut sedang membaca Al-Qur'an. DARNO/RADARMAS Fadil merupakan petani dan selama mengikuti Suluk, pekerjaan di lahan pertaniannya dipercayakan kepada anaknya. "Keluarga, termasuk cucu mendukung saya mengikuti Suluk. Jadi saya bisa lebih tenang dan fokus beribadah," ungkapnya. Selama mengikuti Suluk, untuk buka puasa dan sahur, nasi sudah disediakan dari pondok. Sedangkan untuk lauk beli di sekitar pondok. Pengasuh Pondok Pesantren Al Fatah, KH Nurul Huda mengatakan, tradisi Suluk merupakan kegiatan Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah yang selaras dengan konsep dari Imam Ghozali. Dikatakan, tarekat ini ada dalam Kitab Miskatul Anwar dan Ihya. "Untuk santri ada yang masih berusia muda, tapi kebanyakan yang sudah berusia 50 tahun, 60 tahun, bahkan ada yang 90 tahun sampai 100 tahun," terangnya. Dijelaskan, kegiatan dalam Pesantren Suluk ini yaitu zikir, membaca Al Quran, shalawat, pengajian dan salat wajib serta salat sunah. https://radarbanyumas.co.id/57-santriawan-dan-santriwati-madrasah-salafiyah-diniyah-al-ittihaad-desa-pasir-kulon-diwisuda/ "Zikirnya menekankan zikirqolbi atau pengolahan rasa. Jadi kalau bahasa Imam Ghozali belajar di alam Malakut," ungkapnya. Sedangkan durasinya ada yang dilakukan 10 hari, 20 hari dan 40 hari. (darno/radarbanyumas/ttg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: