Jari Dioperasi, Balita Asal Banjarnegara Meninggal

Jari Dioperasi, Balita Asal Banjarnegara Meninggal

BANJARNEGARA- Muhammad Shafa tak berumur panjang. Bocah Desa Pagentan Kecamatan Pagentan, yang baru berusia tiga tahun tersebut, meninggal usai menjalani operasi kelainan jari tengah, Rabu (3/8) lalu. Sejatinya, kelainan jari tengah Shafa hanya sekedar tidak bisa lurus. Dindung Sukirtam paman dari Muhammad Shafa, saat mendatangi komisi IV DPRD Banjarnegara, Kamis (4/8), menceritakan kisah pilu itu. MENGADU: Keluarga Muhammad Shafa saat menghadap komisi IV DPRD Banjarnegara, Kamis (4/8) Awalnya, saat pertama masuk RSUD Banjarnegara tanggal 27 Juli lalu, Shafa tidak mengeluhkan penyakit apapun. Putra pasangan Saptono dan Purwanti ini berniat memeriksakan jari tengahnya agar bisa lurus normal seperti anak lainnya. "Saat masuk anak terlihat ceria. Bahkan dokter yang memeriksa juga mengatakan kalau operasi jari tengah ini termasuk operasi ringan,” terangnya, kemarin. Namun, siapa sangka setelah operasi selesai, Shafa tak juga siuman. Bahkan setelah dibawa ke ruang kenanga, Shafa kejang-kejang. Saat itu, ujar Dindung dokter langsung menyuntik agar kejang-kenjangnya berhenti. "Tetapi, setelah disuntik, kembali kejang-kejang. Kemudian disuntik lagi sampai lebih dari dua kali. Sesudah itu keadan Shafa tetap belum sadar. Malahan, kondisi pasien semakin mengkhawatirkan. Badan panas, mulut berbisa dan matanya melotot,” paparnya. Melihat kondisi tersebut, kemudian Shafa dibawa ke ICU. Hingga Sabtu (29/7) pagi hari, dokter menyampaikan jika pasien tersebut terkena meningitis berdasar hasil CT Scan yang dilakukan pihak RSUD. Selain itu, Dindung melanjutkan, pihak RSUD juga menyampaikan jika pembuluh darah di kepala pasien pacah. Padahal, menurutnya selama ini tidak pernah terjadi benturan. "Kata dokter pecahnya pembuluh darah ini terjadi waktu dulu-dulu," ujarnya. Setelah itu, kondisi pasien terus menurun. Bahkan, obat yang diberikan melalui infus tidak bisa masuk ke tubuh. Dan pada akhirnya, setelah semua alat dilepas, 45 menit kemudian Shafa meninggal dunia di RSUD Banjarnegara. Dindung mewakili keluarga, meminta kejelasan terkait pelayanan yang diberikan kepada Muhammad Shafa tersebut. Mengingat saat Shafa diperiksa tidak mengeluhkan penyakit atau gejala penyakit lain. "Kami ini orang awam, kami mohon ada penjelasan dari pihak RSUD terkait pelayanan terhadap Muhammad Shafa," pintanya. Wakil Ketua Komisi IV DPRD Banjarnegara Djarkasi mengatakan, Dewan dalam waktu dekat akan memanggil RSUD. Menurutnya, dengan adanya kejadian ini, pihak RSUD harus melakukan evaluasi secara menyeluruh. "Kami melihat ada human eror. Mestinya CT Scan dilakukan sebelum opersi, lha kok ini setelah dioperasi," kata dia. shafa RSUD Sebut Shafa Miliki Alergi SEMENTARA, saat dimintai konfirmasi Direktur RSUD Banjarnegara Agung Budianto mengatakan, apa yang terjadi dengan Muhammad Shafa sudah diluar kendali RSUD. Dia mengklaim, RSUD dalam memberikan pelayanan kepada Shafa sudah sesuai prosedur yang ada. Baik pelayanan sebelum operasi, saat operasi dan setelah operasi. "Sebenarnya alat-alat kita sudah mumpuni. Tetapi ini memang kondisi yang tidak kami inginkan. Ini diluar kemampuan kita," ujarnya. Dia mengatakan, kondisi Shafa yang seperti itu karena elergi yang diderita anak. Agung justru menyebut, menurut para ahli, jika seseorang mengalami cacat bawaan, kemungkinan juga ada cacat yang lain. Agung juga mengaku, saat ini RSUD sudah memberikan penjelas terhadap keluarga. Dia menambahkan, sejatinya ada kekurangan biaya sebesar Rp 11 juta. Namun untuk itu Agung menambahkan, pihak keluarga tidak perlu melunasinya. Dia mengatakan, untuk diketahui, total biaya yang harus dibayar untuk menangani Shafa adalah Rp 21 juta. Keluarga sudah membayar Rp 5 juta, asuransi Jamkesda Rp 5 juta. "Yang kekurangan Rp 11 juta tak perlu dilunasi. Itung-itung sebagai belasungkawa kami," katanya. (uje/dis)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: