Daerah Sempadan Pantai Rawan Likuifaksi, Masyarakat Diminta Perkuat Mitigasi Mandiri

CILACAP - Pemetaan wilayah rawan likuifaksi atau tanah bergerak butuh kajian para ahli Geologi. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Banjarnegara, Setyoajie Prayoedhie.
"Untuk pemetaan butuh kajian lebih lanjut karena perlu adanya penelitian yang lebih dalam lagi," ujarnya.
Kendati demikian, biasanya likuefaksi cenderung berada di daerah-daerah sedimen berpasir, yang berada disisi Selatan pantai atau daerah sempadan pantai dan muara.
"Untuk itu perlu dihindari membangun bangunan di sana atau tempat tinggal di daerah yang cenderung dekat pantai untuk menghindari likuifaksi," himbaunya.
https://radarbanyumas.co.id/gelaran-sedekah-laut-dikonsultasikan-ke-tim-satgas-covid-19-cilacap-dinpora-jangan-sampai-jadi-klaster-baru/
https://radarbanyumas.co.id/libur-panjang-obyek-wisata-seperti-widarapayung-sodong-teluk-penyu-mulai-dipadati-wisatawan/
Terpisah, Kepala Pelaksanaan Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tri Komara mengatakan, Cilacap Barat memiliki potensi terjadinya likuefaksi. Terdiri dari Kecamatan Karangpucung, Cimanggu, Wanareja, Sidareja, Majenang dan Dayeuluhur.
"Setiap tahunnya wilayah tersebut selalu mengalami pergeseran tanah," kata dia.
Tri meminta masyarakat untuk menyikapinya dengan bijak dengan memperkuat mitigasi bencana. Pasalnya masyarakat Indonesia tinggal di daerah yang memiliki potensi tsunami dan likuifaksi. (ray)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: