Sedekah Bumi Masih Menjadi Tradisi Masyarakat Cilacap di Bulan Suro

Sedekah Bumi Masih Menjadi Tradisi Masyarakat Cilacap di Bulan Suro

Bisa Dijadikan Agenda Atraksi Budaya Setelah Dinas pariwisata kabupaten Cilacap menggelar atraksi budaya Sedekah Laut secara besar-besaran. Ternyata, gelar budaya dalam bulan Suro juga banyak dilakukan oleh masyarakat. Setidaknya di desa-desa diadakan memetri bumi atau biasa disebut Sedekah Bumi. sedekah-bumi-masih-menjadi-tradisi-warga-cilacap-dibulan-suro DARYANTO, Cilacap Di Cilacap, kegiatan ritual budaya yang mirip sedekah laut namun yang menjadi obyeknya adalah bumi masih terus dilakukan. Sehingga, ada yang menyebutnya memetri bumi, ada juga yang menyebutnya sedekah bumi. Sedangkan dikalangan umat Islam kemudian bernama selamatan bumi. “Kalau di desa-desa memang lebih pada tradisi. Sebenarnya itu juga sebagai atraksi budaya,” kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Cilacap Murniyah SPd MPd. Hal itu, menurut dia, bisa dilihat dari berbagai tradisi yang melekat di masyarakat. Salah satunya tradisi tenongan yang sudah berabad-abad lamanya. Tenong pada jaman dahulu digunakan sebagai tempat menyimpan makanan. “Dan pada saat ada agenda adat, tenong digunakan untuk menyimpan sesaji. Sedangkan untuk memetri bumi biasanya digunakan untuk menyimpan tumpeng kecil dengan seluruh kelengakapannya,”ujar dia. Sebenarnya, diakui Murniyah, ada dua kepentingan yang bisa saling mendukung dalam setiap perhelatan tradisi tersebut. Yakni, tradisi sedekah bumi yang sama dengan sedekah laut untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. “Tujuannya sama, yakni untuk mengungkapkan rasa syukur, biasanya dipuncaki dengan pegelaran wayang kulit,”kata dia. Sedangkan kepentingan yang lain adalah acara-acara tersebut dijadikan atraksi budaya yang digabungkan untuk pariwisata. Karena itu, panitia di desa diminta untuk bisa mengemas kagiatan itu tidak hanya sekedar tradisi. Namun bisa menjadi ajang budaya. “Memang di beberapa desa sudah dilakukan. Namun untuk desa yang lainnya masih sekedar tradisi biasa,” kata dia. Abdullah, salah satu yang berkecimpung di Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) NU Kabupaten Cilacap menilai kegiatan memetri bumi di desa-desa lebih cenderung sebagai kegiatan religi. Sebab, wayang dan tradisi tenongan dinilai sebagai simbol ungkapan rasa syukur. “Kalau wayangan itu berhubungan dengan ruwat. Dan tenongan itu biasanya untuk kenduri atau sekarang ditambah dengan tahlilan,”kata dia. Sedangkan menurut Mardi, salah seorang pemangku adat di Cilacap mengatakan, jika selamatan bumi merupakan tradisi yang sudah turun temurun. Sekarang bisa jadi sudah di gabungkan dengan kegiatan keagamaan lainnya. “Sebab sekarang kebanyak kegiatan memetri bumi juga di dahului dengan tahlilan dan pengajian,”kata dia.(yan/ttg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: