Keunikan Dibalik Perhelatan Sedekah Laut Cilacap

Keunikan Dibalik Perhelatan Sedekah Laut Cilacap

Jumlah Penari Selasa Kliwon 14, Jumat Kliwon 16 Sedekah laut yang dihajat nelayan pesisir Cilacap dan dibawah pengelolaan Pemerintah Kabupaten Cilacp, tetap berpegang pada sejumlah pakem yang sudah digariskan secara turun-temurun. Sebut saja urutan ritual, jumlah personil penari yang menyesuaikan hari serta keberadaan jolen. Namun ada beberapa hal yang bisa dimodifikasi agar acara ini mampu menarik perhatian berbagai pihak. keunikan-dibalik-perhelatan-sedekah-laut HARYADI NURYADIN, Cilacap. Sederat orang dengan pakaian tentara jaman dulu, berbaris rapi memasuki pelataran pendopo bupati Cilacap. Tepat didepannya, berjalan dengan tenang seorang perempuan yang menjadi pemimpin. Dia juga mengenakan pakaian adat jawa, dengan pundak terbuka. Sementara rambutnya tertata rapi, dihiasi bunga dan atribut lainnya di tangan dan kaki. Perempuan ini merupakan sosok duto pangarso dan diperankan oleh siswi salah satu SMA di Cilacap. Peran perempuan dalam sebuah hajatan masyarakat jawa, memang terbilang langka. Pasalnya, mereka kerap kali jadi pelengkap beragam kegiatan, sesuai dengan falsafah jawa yang kurang memberikan ruang bagi perempuan. Sebutan tiang wingking (orang belakang-red) dan istilah lainnya menjadi penegas kalau perempuan jawa kurang diberi tempat dalam berbagai kegiatan. Penempatan perempuan sebagai utusan dalam sedekah laut di Cilacap, akhir pekan lalu ternyata hanyalah salah satu trik panitia untuk menarik perhatian. Harapannya, perempuan cantik di barisan depan akan menjadi pemandangan tersendiri bagi penonton. "Ini salah satu modifikasi panitia," ujar Jarmo, salah satu panitia sedekah laut. Dia menuturkan, banyak pakem yang sampai saat ini dipertahankan dengan berpegang pada pagelaran sedekah laut yang digelar sejak 1783 lalu. Sebut gelaran yang selalu diadakan pada jumat kliwon pertama bulan suro berdasarkan penanggalan jawa. Namun ada kalanya, jumat kliwon ini tidak ada di bulan suro. Sebagai gantinya, sedekah laut di gelar pada selasa kliwon. "Dulu pernah tidak di jumat kliwon. Tapi diganti selasa kliwon karena ada selisih hari dalam perhitungan bulan jawa," katanya. Pergeseran ini, katanya menuntut perubahan pada beberapa hal. Seperti jumlah penari yang disesuiakan dengan hari gelaran. Jika sedekah laut jatuh pada jumat kliwon, maka jumlah penari harus 16. Sementara jika pada selasa, jumlahnya lebih sedikit, antara 12 hingga 14. "Jumlah penari berbeda," katanya. Modifikasi lain, tentu saja pelibatan kelompok kesenian tradisional seperti kentongan dan barongsai. Kesenian terakhir dipastikan didatangkan panitia untuk menarik perhatian warga non pribumi. Seperti diketahui, barongsai merupakan kesenian khas warga Tiongkok. Seluruh modifikasi ini, katanya masih ditambah dengan rangkaian kegiatan sebelum dan saat sedekah laut berlangsung. Seperti lomba layang-layang, membuat desain batik, pameran, seminar dan lainnya. Semua ini digelar agar sedekah laut tetap memiliki daya tarik. "Biar mampu menarik banyak pengunjung," tandasnya. (*/)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: