Banjir Mengganas di Sidareja, Ketinggian Capai 1,2 Meter
Operasi Evakuasi Terus Dilakukan SIDAREJA-Sengsara tiap tahun. Berulang kali pula. Tak ada habisnya. Begitulah yang dirasa masyarakat di wilayah Cilacap barat. Seakan, tak ada upaya untuk pencegahan sejak dini agar tidak terjadi banjir. Kini, semua fokus pada penanggulangan saat bencana datang. Kabar terakhir, hingga kemarin (20/9), banjir yang melanda Kecamatan Sidareja sejak sepekan lalu justru makin mengganas. Air bah makin meninggi hingga memaksa 31 warga Desa Gunungreja, Kecamatan Sidareja dievakuasi paksa petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Mereka dibawa dengan perahu karet menuju pendopo kecamat an. Mereka yang diungsikan adalah kelompok rentan. Seperti wanita hamil, ibu menyusui, anak-anak, cacat dan manula. "Hari ini warga dievakuasi. Sekitar tiga puluhan," ujar Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cilacap, Tri Kumara, kemarin. Dia mengatakan, evakuasi dilakukan karena rumah warga sudah mulai dimasuki air bah. Kondisi ini membuat mereka terkendala dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti memasak dan lainnya. Disamping itu, sarana sanitasi juga tidak bisa dipakai. "Ketinggian air sekitar satu meter dua puluh senti," ujarnya. Warga Desa Sidamulya, Kecamatan Sidareja mulai kemarin juga mengungsi ke balai RT 01 RW 05. Disana ada delapan warga yang mengungsi dan satu diantaranya merupakan balita. Keputusan mereka mengungsi karena ketinggian air terus bertambah. Informasi yang dihimpun, warga yang masih bertahan di pengungsian sekitar 120 orang. Beberapa posko pengungsian, antara lain pendopo kecamatan, balai desa, serta koramil setempat di Kecamatan Sidareja. Kepala Pusat Pengendalian Operasi Penanganan Bencana (Pusdalops) BPBD Cilacap, Gatot Arif Widodo menambahkan, operasi evakuasi ini menggunakan 1 unit perahu karet. Pihaknya juga tengah mempersiapkan satu unit lainnya untuk mendukung penyisiran terhadap rumah warga yang tergenang banjir. "Satu sudah kita siapkan," ujarnya. BPBD, katanya juga tengah mempersiapkan perangkat dapur umum mobile. Langkah ini dilakukan karena jumlah pengungsi terus bertambah. Untuk sementara, dapur umum swadaya diterapkan dimana pengungsi bisa memasak untuk kebutuhan mereka masing-masing. Sementara bantuan bahan makanan diberikan oleh BPBD Kabupaten Cilacap. "Kita lihat perkembangan yang ada. Kalau pengungsi terus bertambah, dapur umum kita operasikan," katanya. Saat ini, pihaknya bersama sejumlah komponen terkait terus berupaya memperkuat beberapa titik pada tanggul Sungai Cibereum. Sebab dikhawatirkan, tanggul yang rawan dapat kembali jebol dan memperparah dampak banjir, seiring peningkatan debit air dan curah hujan yang tinggi. Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah, meminta agar penanganan banjir dilakukan secara bersama-sama. Hal ini dengan melibatkan semua komponen mulai dari dinas terkait hingga anggota masyaraakt umum. "Penanganan banjir harus dilakukan secara gotong royong," ujarnya. Pantauan Radar Banyumas, lokasi pengungsian menjadi pilihan utama karena ketersediaan air bersih, makanan dan tentu saja, tempat kering. Sambil tetap duduk di teras rumah, sejumlah pengungsi maupun warga hanya memandangi genangan air di atas jalan beraspal. Jalan tersebut membentang di tengah pusat kota dan menghubungkan Desa Gunungreja dengan Sidareja. Dalam kondisi normal, jalan ini dipenuhi lalu lalang kendaraan berbagai jenis dan beragam tujuan. Banjir sejak akhir pekan kemarin, semua orang mengalihkan rute. Banyak dari pengendara yang harus balik kanan dan mencari jalan lebih kering. Tapi bagi warga setempat, banjir sudah dianggap biasa karena selalu terjadi tiap musim penghujan. Kebiasaan ini kemudian memunculkan "adat" baru bagi mereka untuk menghadapinya. Salah satunya menentukan kecil besarnya banjir. Demikian juga dengan keputusan untuk mengungsi ke tempat lebih aman. "Warga sudah punya indikator untuk dijadikan patokan. Apakah harus mengungsi atau tidak," ujar Kepala Desa Sidareja, Teguh Budi Suharto. Indikator yang dimaksud adalah tempat tidur. Jika air bah masih berada dibawah tempat tidur, mayoritas warga tetap bertahan didalam rumah. Sebaliknya, mereka baru akan mengungsi jika air sudah menyentuh kasur. Indikator lainnya adalah mereka sudah tidak bisa lagi memasak di dapur karena basah oleh air. "Mereka baru akan mengungsi jika air sudah sama tingginya dengan ranjang," katanya. Perilaku warga inilah yang kerap menyulitkan petugas untuk memindahkan warga ke tempat aman karena beralasan enggan meninggalkan rumah. Seperti diketahui, permasalahan banjir ini sudah berulang tiap tahunnya. Permasalahan utama adalah adanya keinginan masyarakat wilayah barat Kabupaten Cilacap agar ada penyudetan terhadap sungai yang menuju Segara Anakan. Namun, sampai sekarang, tak ada menuju langkah tersebut. Sehingga, dipastikan tiap tahun akan terjadi banjir yang melanda Kecamatan Sidareja, Gandrungmangu dan Kedungreja. Penyebab banjir tersebut karena sedimentasi atau pendangkalan Segara Anakan yang menjadi muara hampir semua sungai besar di Cilacap. Demikian juga dengan sungai Citanduy yang menjadi batas pemisah Jawa Tengah dan Jawa Barat. (har/ttg)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: