Rawa Bojongrongga, Destinasi Wisata Baru di Cilacap

Rawa Bojongrongga, Destinasi Wisata Baru di Cilacap

Harapan Baru Warga Setelah Bencana Tsunami 2009 Desa Bojongsari, Kecamatan Kedungreja luluh lantak diterjang gempa berkekuatan berkekuatan 7,2 SR September 2009 lalu. Gempa ini menjadikan Desa Bojongsari mengalami kerusakan paling parah di Kecamatan Kedungreja. Tercatat 38 rumah roboh dan 65 lainnya rusak berat. Disamping itu, 155 rumah warga lainnya juga mengalami kerusakan ringan. HARYADI NURYADIN, Kedungreja Enam tahun pasca gempat, tidak ada lagi muka muram atau sedih di wajah warga Desa Bojongsari. Hari-hari mereka kini dihiasi senyum, terlebih saat hari libur. Pasalnya, desa itu justru semakin ramai dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah. Selain wisata kuliner, ada juga permainan air di Rawa Bojongrongga, yang membuat wisatawan terpikat. Rawa-Bojongrongga,-Destinasi-Wisata-Baru-di-Cilacap Sebelum gempa melanda, desa ini tergolong minim hiburan layaknya desa pinggiran lainnya. Sawah luas terhampar menjadi satu-satu pemandangan yang bisa dinikmati. Sementara rawa hanya dimanfaatkan untuk memelihara ikan yang "dinikmati" tiap enam bulan. Pemancing dari berbagai penjuru datang untuk memanfaatkan musim memancing. Namun beberapa tahun terakhir, sejumlah warga melirik adanya peluang usaha baru untuk menambah penghasilan. Satu persatu, warga menyewa rawa dan mendirikan rumah makan, penyewaan perahu berbentuk bebek dan lainnya. Hingga kini, telah berdiri puluhan rumah makan apun di atas danau. Demikian juga dengan warung makan lainnya yang berada di tepi jalan. "Sekarang, tiap hari Minggu atau libur nasional selalu ramai. Kadang sampai macet," ujar Kepala Desa Bojongsari, Sururudin. Dia mengakui, keberadaan rawa ini telah menjadi sumber insprirasi dan penghasilan tambahan bagi warga setelah didera gempa pada 2009 lalu. Sekarang, warga dan pemuda setempat memiliki pekerjaan dan penghasilan yang sangat menjanjikan. Salah satu bukti meningkatnya ekonomi warga adalah lancarnya berbagai iuran yang ditarik untuk kegiatan sosial atau peringatan agama. Dia mencontohkan, desa pernah menggelar acara pengajian yang membutuhkan dana puluhan juta. Dana awal yang terkumpul mencapai Rp 13 juta dan masih kurang. Namun pasca kegiatan, pemilik rumah makan dan warga sekitar rawa langsung memberikan sumbangan suka rela. "Ada yang urun Rp 100 ribu sampai Rp 700 ribu. Ini bukti mereka punya penghasilan dan ekonomi warga sudah jauh meningkat," ujarnya. Rawa ini sendiri sejak sebelum gempa dikelola oleh Kelompok Tani Ikan Sari Jaya. Kelompok tani dan juga pemerintah desa setempat mengutamakan penyewa rawa dari warga setempat. Tujuannya tidak lain agar masyarakat desa inilah yang benar-benar merasakan manfaat dari keberadaan Rawa Bojongrongga itu. "Untuk sementara (penyewa) kami khususkan untuk warga. Investor luar desa belum kami berikan ijin," katanya. Keberadaan lokasi wisata ini, katanya diharapkan bisa menjadi kebanggaan warga setempat. Bahkan diharapkan bisa bersaing dengan yang ada di Kecamatan Kawunganten. Harapan ini sangat mungkin terwujud karena rawa berada dijalur penghubung antar desa dan tembus menuju bendung Menganti dan Jawa Barat. "Kita berharap bisa bersaing dan menjadi tujuan wisata andalan," katanya. (*/acd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: