Tambang Pasir Pantai Akibatkan Bencana Air Asin

Tambang Pasir Pantai Akibatkan Bencana Air Asin

Petani Tuntut Tanggul Beton ADIPALA-Tuntutan petani di Kecamatan Adipala yang menjadi korban air asin terus memuncak. Mereka meminta agar pantai selatan segera di tanggul dengan betonisasi. Pasalnya, rendahnya tanggul pantai membuat air laut masuk ke areal pertanian. Mereka juga mendesak agar pengerukan pasir pantai dihentikan sementara sampai dengan ada solusi. Pembangunan tanggul sendiri diminta sejak dari Pantai Wlahar hingga Pantai Bunton sepanjang sekitar tiga kilometer. Sebab, luas sawah yang terkena air asin lebih dari 110 hektar dan masuk dalam wilayah tiga desa. Paling luas ada di Desa Wlahar. “Satu-satunya jalan pantai harus ditanggul beton agar air tidak masuk ke persawahan,” kata Gunawan (50), petani asal Desa Wlahar. Menurut dia, jika hanya dibuat tanggul lagi dengan pasir, maka itu bukan solusi. Sebab, sudah terlalu banyak pasir yang diambil. Sehingga, meski ditinggikan, pasti akan hilang kembali disapu ombak yang menerjang. “Kalau dulu kan sangat tinggi tanggulnya. Sehingga air laut tidak masuk ke areal persawahan. Sekarang tanggulnya sudah ndak ada. Kalau pun dibuat lagi pasti tak seaman dulu,” bebernya. Karena itu, para petani berharap agar pantai selatan di tanggul dengan betonisasi. Kalau sudah dibetonisasi maka kalau pun diambil pasirnya petani sudah aman, tidak menjad korban air asin seperti sekarang ini. “Harapan kami seperti itu ditanggul dengan beton, sehingga air laut tidak merembes ke sawah yang menjadi periuk nasi kami,” ujar dia. Dikatakan dia, saat ini sudah banyak petani yang menanam dua kali. Sebab saat menanam yang pertama sebanarnya tanaman sudah tumbuh dan mulai menghijau. Sayang karena terkena air asin maka tanaman menjadi layu. “Yang layu lebih dari separo sehingga harus menanam lagi. Bahkan ada yang seluruh tanamannya layu,” tandasnya. Sementara itu, camat Adipala Drs Teguh Prastowo MSi kepada Radarmas meminta agar petani bersabar. Sebab upaya untuk mengembalikan tanggul pantai sedang diupayakan. Saat ini, yang sudah di tanggul ada di Pantai Sodong. “Tanggulnya cukup tinggi sehingga air laut tidak masuk ke areal persawahan. Sehingga nanti di Wlahar juga masih bisa dilakukan reklamasi, namun harus bersabar semuanya bertahap. Mudah-mudahan akan sampai ke barat,” katanya. Sebelumnya, Margono (50) petani dari Desa Wlahar Rt 3 Rw 2 Kecamatan Adipala mengaku sebelum ada pengerukan atau penambangan pasir pantai, sawah garapannya meski hanya panen setahun sekali, hasilnya sangat baik. Setidaknya untuk sekali panen diatas 6 ton per hektar. “Sekarang semuanya sudah menjadi bencana sejak ada penambangan pasir,” kata dia dengan nada tinggi. Gunawan Ketua LLPPMD Desa Wlahar kepada Radarmas membenarkan jika luas sawah yang terkena air asin lebih dari 110 hektar. Dia yang juga mempunyai sawah yang terkena air asin meminta kepada pihak terkat untuk segera melakukan langkah antisipatif. Sebab para petani sudah mulai merasa putus asa dengan kondisi sawah sekarang ini. “Ya tidak emosi bagaimana, lha wong sawah sudah di tanami sudah menghijau kemudian ada gelombang sedikit air laut masuk ke persawahan, ditanam lagi seperti itu lagi, sehingga wajar jika petani memendam amarah,” kata dia, Rabu (20/1). (yan/ttg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: