Masjid R Sayyid Kuning Desa Onje, Kecamatan Mrebet, Diyakni Lebih Tua Dibandingkan Masjid Demak

Masjid R Sayyid Kuning Desa Onje, Kecamatan Mrebet, Diyakni Lebih Tua Dibandingkan Masjid Demak

Masjid R Sayyid Kuning di Desa Onje, Kecamatan Mrebet disebut-sebut sebagai salah satu masjid tertua di Pulau Jawa. Masjdi yang sebelumnya dikenal dengan nama Masjdi Onje, diklaim usianya lebih tua dibandingkan Masjid Agung Demak yang dibangun oleh Walisanga. masjid-tertua-penganut-islam-aboge-melaksanakan-salat-id-di-depan-masjid-r-sayyid-kuning-adityaradarmasMASJID TERTUA : Penganut Islam Aboge melaksanakan salat Id di depan Masjid R Sayyid Kuning. (ADITYA/RADARMAS) ADITYA WISNU WARDANA, Purbalingga Mencari lokasi masjid ini bukanlah hal yang sulit. Sebab, lokasi masjid ini hanya sekitar 2 kilometer dari jalan raya Bobotsari-Purbalingga. Mencari jalan akses masuk ke majid ini juga tidak sulit, bagi wisatawan yang ingin melakukan wisata religi sekaligus sejarah, tinggal mencari patokan SPBU Mberet. Dari SPBU, jalan lurus ke arah timur. Menurut tokoh masyarakat Desa Onje, Kyai Maksudi, masjid yang sebelumnya bernama Masjid Onje ini didirikan pada abad ke 13 oleh Syekh Syamsudin. "Masjid ini (Masjid R Sayyid Kuning, red) sudah ada sebelum Kabupaten Purbalingga berdiri. Bahkan menurut cerita yang ada masjid ini, berdiri sebelum Masjid Agung Demak," ujar pria yang juga sesepuh Islam Aboge di Desa Onje. Dia menjelaskan, kali pertama dibangun, empat tiang penyangga utama dibuat dari batang pohon pakis dan atapnya dibuat dari ijuk. "Saat itu wilayah Onje masih hutan belantara, jadi masih banyak pohon pakis yang tumbuh. Berbeda dengan saat ini, sudah menjadi pemukiman penduduk yang padat," imbuhnya. Namun sayangnya tidak ada tanda-tanda khusus baik berupa goresan, tulisan, gambar, maupun simbol lain yang menunjukkan angka tahun pembuatannya. "Hanya berdasarkan cerita turun-temurun saja sejarah Masjid R Sayyid Kuning berdiri," katanya. Ditambahkan, masjid tersebut merupakan pusat penyebaran agama Islam di wilayah Kabupaten Purbalingga dan sekitarnya. Sehingga saat masa Wali Songo, masjid juga dikunjungi Sunan Kudus, Sunan Bonang, Sunan Gunungjati, dan Sunan Kalijaga. Pada masa Wali Songo sekitar abad ke 14, masjid untuk pertama kali direnovasi oleh keempat wali. Meski belum ada penelitian arkeologi, namun Masjid R Sayid Kuning diyakini sebagai masjid tertua di Purbalingga. "Menurut cerita yang beredar, masjid ini direnovasi sebelum keempat wali berangkat ke Demak untuk membangun Masjid Agung Demak. Namun renovasinya tidak sampai akhir. Sebab keemepat wali tersebut sudah kehabisan waktu untuk berangkat ke Demak," jelasnya. Oleh empat wali tersebut, bagunan dirombak total. Tiang penyangga yang semula dibuat dari kayu pakis diganti dengan kayu jati yang hingga sekarang masih asli. Uniknya, empat tiang mirip dengan tiang yang ada di Masjid Agung Demak, hanya ukurannya lebih kecil. "Empat tiang masjid masing-masing dibangun oleh empat wali. Sama halnya dengan tiang di Masjid Demak yang dibuat oleh Sunan Kalijaga, juga dibuat dengan sisa kayu tiang yang dibuat oleh ketiga wali lainnya," ujarnya, sambil memperlihatkan tiang buatan Sunan Kalijaga yang bentuknya seperti sisa kayu yang ditata. Setelah merenovasi Masjid R Sayyid Kuning, empat wali pindah ke Demak dan mendirikan Masjid Agung Demak. Setelah direnovasi oleh empat wali, masjid ini kembali direnovasi oleh Ngabdullah Syarif atau Sayyid Ngabdullah, yang kemudian lebih dikenal sebagai Raden Sayyid Kuning pada abad ke 16. Raden Sayyid Kuning adalah pencipta kalender aboge, yang kemudian memunculkan Islam Aboge. Kyai Maksudi menambahkan, nama Masjid R Sayyid Kuning muncul sekitar 1986. "Saat itu, saya baru saja selesai mondok di Pondok Pesantren Tebu Ireng Cirebon. Saat itu saya khawatir nantinya banyak orang yang akan berziarah ke Masjid Onje akan salah tempat. Sebab, di Onje sudah ada dua masjid yang bediri," jelasnya. Setelah melalui proses spiritual selama satu pekan, dia mengaku mendengar bisikan gaib yang mengatakan bahwa sosok pemilik suara adalah Raden Sayyid Kuning. Setelah itu, dia datang ke kediaman Habib Lutfi di Pekalongan, untuk meminta saran nama masjid yang tepat bagi masjid yang sebelumnya juga terkenal dengan nama Masjid Kewalian. "Saat itu saya akan menamakan masjid tersebut dengan nama Masjid Baitul Hikmah. Namun saat itu habib (Lutfi) menolak nama tersebut. Justru habib memberi nama masjid tersebut dengan nama Masjid R Sayyid Kuning," ungkapnya. Nama tersebut akhirnya digunakan hingga saat ini. "Ada makna dari nama Masjid R Sayyid Kuning. R diambil dari nama Raden Adipati Onje atau nama lain Raden Sayyid Kuning, Sayyid berasal dari kepanjangan Sayiddina Ali, sedangkan Kuning diambil dari nama Raden Adipati Onje," bebernya. (*/sus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: