Perjuangan 48 Tahun Radio LPPL Suara Perwira (RSP) Purbalingga

Perjuangan 48 Tahun Radio LPPL Suara Perwira (RSP) Purbalingga

Berkali-Kali Ganti Nama dan Pindah Tempat Siaran radio hingga saat ini masih mendapatkan perhatian masyarakat. Termasuk radio milik Pemkab Purbalingga, Lembaga Penyiaran Publik Lokal (LPPL) Suara Perwira Purbalingga. Meski usianya sudah 48 tahun, namun keinginan untuk tetap eksis tak kalah dengan radio yang usianya jauh di bawahnya. AMARULLAH NURCAHYO, Purbalingga Sempat berpindah tempat beberapa kali, tak membuat radio yang berdiri sejak 20 September 1968 ini surut dan lekang dimakan usia. Bahkan setelah mengudara di jalur FM, radio milik pemkab ini masih eksis. Berlokasi di komplek Rumah Dinas Wabup Purbalingga, keberadaan radio ini tetap dinanti penggemarnya. Direktur Radio LPPL RSP Purbalingga, Catur Indinah Rahayuni SH mengakui, selama ini keberadaan radio tetap eksis tak lepas dari peran pendengar yang datang berbagai kalangan usia dan profesi. Mulai dari pedagang, pegawai hingga anak muda. Catur menuturkan, perjuangan Radio LPPL RSP Purbalingga cukup berat. Usai berganti nama hingga beberapa kali, radio ini bisa sampai di tahun 2016 dengan tetap memiliki pangsa pendengar yang dinamis. “Kami tetap melibatkan penggemar dan terbuka kepada mereka untuk bisa saling sapa, bertemu atau jumpa darat selain di perayaan HUT setiap tahunnya. Dengan begitu, para penggemar tetap merasa diperhatikan dan saling menjaga kebersamaan untuk mengoreksi semua isi siaran radio kami,” ungkap mantan penyiar radio di era 90an. Meski tak selalu jumpa darat, para penggemar siaran radio ini selalu berkomunikasi. Terutama saat siaran tertentu dengan saling menyapa salam melalui udara. Pengelola juga menyadari, semakin tua dan semakin digemari akan banyak tantangan. Untuk itu, tak hanya materi siaran radio yang harus selalu dievaluasi dan dikreasikan kembali, namun juga sumber daya manusia terus ditingkatkan. “Tak harus karena milik pemkab tidak bisa dinamis. Semua bisa dilakukan selama koridor aturan main tetap dijaga dan dilaksanakan. Yaitu bisa tetap meningkatkan pemasukan radio, namun kualitas siaran tidak ketinggalan,” tegasnya. Materi atau program siaran juga tidak semuanya hiburan, namun ada yang bersifat pendidikan dan temu atau jumpa darat antara pengelola dengan penggemarnya. Jangan sampai karena melupakan penggemar, radio semakin dijauhi. Catur mengaku tidak anti kritik. "Ini bisa untuk membangun, dan menjadi motivasi untuk semakin maju," ujarnya. (*/sus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: