Mbekayu Ari Jualan Jamu Tradisional Sejak SMP, Bermula Lima Gelas Hingga Rambah Pasar Luar Negeri

Rabu 02-08-2023,10:50 WIB
Reporter : Fijri Rahmawati
Editor : Laily Media Yuliana

Jungkir balik usaha jamu tradisional rumahan tanpa pengawet dan bahan kimia dilakoni Ari Suswanti sejak masih sekolah menengah pertama. Dari hanya lima gelas jamu kunyit asam. Kini, omset penjualan dalam sebulan tembus lebih dari Rp 10 juta.

FIJRI RAHMAWATI, Banyumas

Ada-ada saja permintaan dari pelanggan. Mbekayu Ari, sapaan akrab Ari Suswanti, menceritakan, tak hanya memproduksi jamu varian kunir, temulawak, jahe rempah, beras kencur, cabe puyang, empon-empon.

"Permintaan jamu kuat untuk vitalitas pria, ada terus pelanggannya," beber ibu dua anak itu, Selasa (1/8/). Racikan untuk jamu kuat diantaranya kapulaga. 

Mbekayu Ari sangat memperhatikan kualitas produknya. Mulai dari pemilahan bahan hingga proses pembuatan dan pengemasan serta higienis.

"Pernah juga ada yang bertanya, apa jual jamu tolak miskin. Semua jamu buatan saya bisa untuk tolak miskin," kenang perempuan kelahiran 1978 itu.

Mbekayu Ari berargumen dengan meminum jamu,  maka dengan izin Tuhan menjadi wasilah untuk kesehatan tubuh yang meminum. Sehingga bisa terus bekerja sebagai upaya tolak miskin.

Telah 31 tahun lamanya menggeluti dunia jamu tradisional, jalan yang dilalui tak selalu mulus. Adakalanya terjal, seperti banyak cibiran mampir pada lulusan D3 Peternakan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto itu.

Misalnya seloroh, "Sekolah tinggi, kok jadi bakul jamu." Atau suara sumbang, "Jualan jamu, sih, hasilnya berapa."

Tak hanya itu, meski sudah mahir memproduksi jamu. Mbekayu Ari kadang masih diuji dengan kegagalan. Padahal, prinsip kualitas produk tak bisa ditawar. Sehingga, jamu produk gagal mau tak mau harus dibuang.

Suatu kali, kejadian miris menimpa jamu beras kencur siap kemas. Seekor cicak jatuh. Godaan untuk berbuat culas berhasil dilewati.

"Ikhlaskan, jamu yang kejatuhan cicak dibuang semua. Yakin, kalau ada rezeki lain," kisah Mbekayu Ari yang mulai merintis usaha jamu di usia belia pada 1992 silam. Saat itu, dia masih sekolah di SMP.

Semasa sekolah, saat teman sebayanya sedang asyik bermain. Mbekayu Ari sepulang sekolah membuat jamu untuk dijual. 

Bertambah usia, ketika orang pada umumnya masih bergelung mimpi. Mbekayu Ari tiap jam satu dini hari sudah bangun tidur. Seorang diri memproduksi jamu tradisional di dapur rumahnya. Dalam sehari pesanan jamu rata-rata mencapai 90 botol beling dan 60 botol plastik.

Lawan kantuk, ibu dua anak itu gesit menyiapkan bahan untuk diolah menjadi jamu yang dipesan pelanggan. Sebab, pukul 07.00 pagi harus didistribusikan. Sedangkan pekerjaan semua manual kecuali bagian menghaluskan kunir sudah menggunakan mesin.

Kategori :