Soal Kasus Dukun Pengganda Uang, Begini Tanggapan Sosiolog Unsoed

Rabu 05-04-2023,14:53 WIB
Reporter : Aam Juni Restino
Editor : Eko Budi Utomo

PURWOKERTO  - Soal ramai kasus dukun pengganda uang yang membunuh 10 korbannya di Banjarnegara, Sosiolog sekaligus Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fisip Unsoed Dr Tri Wuryaningsih, M.SI angkat suara. 

Ia mengatakan, mentalitas pemalas dan ingin cepat sukses finansial secara instan menjadi salah satu faktor pemicu masih ada yang percaya dengan dukun pengganda uang. 

"Orang lupa bahwa persoalan keuangan dan sukses finansial itu tidak ada jalan pintas. Sukses secara finansial itu membutuhkan kerja keras, kerja cerdas, disiplin, membutuhkan pengetahuan yang cukup tentang cara mengelola uang yang baik. Ini yang orang lupa, bahwa tidak ada jalan pintas untuk sukses secara finansial," kata dia. 

Ia menambahkan, faktor lainnya adalah minimnya literasi investasi di kalangan masyarakat. Hal ini membuat, banyak masyarakat mudah terbuai dengan iming-iming mendatangkan banyak uang dengan cara cepat. Termasuk dengan pergi ke dukun pengganda uang. 

BACA JUGA:Dukun Pengganda Uang di Banjarnegara Bunuh Korban dengan Racun

"Kalau saya melihat masyarakat semakin kompleks. Ketika persoalan semakin kompleks dan berkaitan dengan persoalan keuangan yang harus segera terpenuhi, dan ada kebutuhan-kebutuhan yang tidak bisa menunggu sehingga orang itu menjadi percaya sesuatu yang tidak rasional yang diyakini itu bisa menjadi solusi atas persoalan yang dihadapi," terangnya. 

Seiring berjalannya waktu, orang-orang yang percaya dukun bukan hanya mereka yang tidak berpendidikan. 

"Salah satu ciri masyarakat agararis, pedesaan, itu dukun menjadi salah satu hal yang diyakini bisa menjadi problem solving. Tapi kalau saya melihat perkembangannya sepuluh tahun yang lalu pernah ada anak seorang guru besar dari Undip itu juga tewas terbunuh oleh pengganda uang. Semakin kesini banyak korban pengganda uang bukan hanya mereka yang tidak berpendidikan, tapi juga yang berpendidikan dengan beragam latar belakang profesi," ujarnya. 

Ia meminta agar masyarakat bisa berpikir secara kritis. Cara seperti itu menurutnya, akan menghindarkan masyarakat terjerumus ke dalam cara-cara instan dan tidak rasional dalam mendapatkan uang yang banyak dalam waktu cepat. 

"Masyarakat ini membutuhkan cara berpikir yang kritis. Apabila melihat iklan di gawai kita banyak sekali iklan yang menawarkan bisa mendapatkan banyak uang dalam waktu singkat. Kalau kita mau mampu secara finansial harus bijak mengelola keuangan dan melek literasi investasi. Janji palsu dan iming-iming hanya bisa diatasi dengan berpikir rasional," pungkasnya.  (aam)

 

Tags :
Kategori :

Terkait