Pompa Air Tenaga Surya di Cilacap Bantu Petani Saat Kemarau

Sabtu 13-08-2022,10:46 WIB
Reporter : Julius Purnomo
Editor : Ali Ibrahim

CILACAP, RADARBANYUMAS.CO.ID - Petani tadah hujan Desa Kalijaran, Kecamatan Maos, saat ini memiliki pompa air tanah bertenaga surya atau berteknologi Solar Home System (SHS) rancangan Tim Politeknik Negeri Cilacap (PNC).

Priyanto, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Margo Sugih Desa Kalijaran mengaku sangat terbantu dengan adanya teknologi itu.

"Dulu pakai pompa air pakai bahan bakar, biasanya kita habis 500 ribu dalam sekali masa tanam," katanya ketika dihubungi Radarmas, Jumat 11 Agustus 2022.

BACA JUGA:20 Grup Lawak Pentas Peang Penjol Tampil Di Gedung Kesenian Soeteja, Beri Pesan Moral

Belum lagi ketika petani yang tidak mempunyai pompa air harus menyewa mesin kemudian menanggung biaya BBM-nya juga.

"Ada yang sewa mesin juga dulu, pengeluaran dobel dengan adanya pompa tenaga surya ini kita sangat terbantu," lanjut Priyanto mengisahkan.

Kedepan, pihaknya akan mencoba mengembangkan pertanian hortikulura ketika musim kemarau tiba. Jadi para petani tidak selalu mengandalkan komoditas padi.

BACA JUGA:Ini Jawaban Wabup Banyumas Soal Penghapusan Honorer

"Kita akan coba tanam palawija pada musim kemarau, semisal benar- benar tidak ada air kita bisa menanam komoditas lain," pungkas Priyanto. 

Teknologi SHS atau lebih dikenal dengan pembangkit listrik tenaga surya ini merupakan inisiasi dari dosen PNC, Afrizal Abdi Musyafiq.

Menurutnya teknologi serupa sudah banyak digunakan sedangkan di Cilacap sendiri implementasinya baru beberapa titik saja. Ide itu muncul pertama kali ketika ada keluhan para petani tadah hujan di wilayah Desa Kalijaran.

BACA JUGA:Ruas Jalan Desa Adimulya - Malabar Sudah Bisa Dilalui Kendaraan Roda 4

"Mereka butuh sumber air lain selain dari air hujan, kebetulan kita punya tekhnologi SHS jadi kita implementasikan saja," ujarnya.

Kapasitas panel surya yang terpasang mampu menghasilkan 500 watt listrik, selain itu dilengkapi dengan baterai yang mampu menyimpan energi sehingga dapat digunakan ketika malam hari.

"Jika tidak ada kendala, teknologi ini bisa bertahan hingga 10 tahun meski biaya awal cukup mahal hingga Rp 80 juta," tambah Afrizal.

Kategori :