JAKARTA - Badminton World Federation (BWF) resmi memberikan sanksi kepada delapan pebulu tangkis Indonesia atas keterlibatan pengaturan skor dan judi. Diketahui, aksinya itu dilakukan di kompetisi tingkat Asia pada periode 2016 dan 2017 lalu.
"Delapan pemain Indonesia yang saling kenal dan berkompetisi di Asia, telah melanggar regulasi integritas BWF, terkait pengaturan skor, manipulasi dan perjudian di bulu tangkis," bunyi pernyataan resmi BWF, Sabtu (9/1/2021).
https://radarbanyumas.co.id/8-atlet-bulu-tangkis-indonesia-terlibat-match-fixing/
Kedelapan pebulu tangkis tersebut adalah Hendra Tandjaya, Ivandi Danang, Androw Yunanto, Sekartaji Putri, Mia Mawarti, Fadilla Afni, Aditiya Dwiantoro, Agripinna Prima Rahmanto Putra.
Masing-masin dari mereka diganjar enam sampai 12 tahun larangan berkegiatan bulu tangkis dan denda sebesar 3.000 dolar AS (Rp42 juta) hingga 12.000 dolar AS (Rp168 juta).
Bahkan, tiga di antara mereka dilarang terlibat dalam kegiatan bulu tangkis seumur hidup. Sebab, ketiganya bertugas untuk mengkoordinasikan proses manipulasi. Mereka adalah Hendra Tandjaya, Ivandi Danang dan Androw Yunanto.
Federasi Bulu Tangkis Indonesia (PBSI) sendiri telah menyatakan, bahwa mereka para pelaku penaturan skor bukan anggota Pelatnas. Bahkan, ketika mereka melakukan pelanggaran tersebut, mereka sedang tidak berstatus sebagai pemain Pelatnas PBSI.
"Tidak ada satu pun pemain penghuni Pelatnas. Sudah saya cek baik yang dulu atau sekarang," kata Kepala Bidang Humas dan Media PBSI, Broto Happy.
Namun, ada beberapa pemain rupanya sempat mencicipi berlatih di Pelatnas PBSI. Bahkan salah satu pebulu tangkis yang ada di daftar tersebut merupakan mantan pasangan Marcus Fernaldi Gideon.
Pebulu tangkis yang dimaksud adalah Agripinna Prima Rahmanto Putra. Pria kelahiran 20 Januari 1991 itu diketahui sempat bersinggungan dengan beberapa pemain top Pelatnas PBSI.
Agripinna berduet dengan Marcus Gideon dan menempati peringkat 27 dunia pada Maret 2013. Usai pisah dengan Marcus, Agripinna juga sempat merasakan duet bersama Markis Kido, dan mengisi peringkat 38 dunia pada Januari 2016.
"Saya siap menempuh jalur banding atas putusan BWF dan saya sudah menghubungi PBSI," kata Agrippina dalam akun youtube miliknya.
"Ini jadi pelajaran bagi saya bila ada orang baru jangan terlalu open dan mesti peka. Saya biasanya terlalu welcome," imbuhnya.
Agrippina mengungkapkan, bahwa ia baru mengenal Hendra Tandjaya (HT) di Vietnam Open 2017. Ia juga mengakui sempat ditawari uang untuk mengalah di pertandingan namun menolaknya.
"Dia basa-basi lalu meminta nomor saya. Langsung saya kasih karena sepertinya dia kenal sama saya. Malamnya dia chat saya. Dia menawarkan, 'Besok lu ketemu ini, mau tidak mengalah?' Alhamdulillahnya masih bisa saya tolak," ungkapnya.
Setelah momen itu, kata Agrippina, Hendra tertangkap oleh BWF. Barang-barang milik Hendra digeledah, termasuk handphone dan dari situ terdapat chat Hendra dengan Agrippina, sehingga Agrippina terlibat dalam kasus ini.
"Jadi pas digeledah BWF, ternyata di HPnya ada chat HT soal ajakan match fixing. Tetapi saya sudah konfirmasi ke BWF bahwa saya menolak match fixing, BWF juga sudah jelas bahwa saya menolak. Saya menolak match fixing," tuturnya.
Setelah itu, Agrippina kemudian dihubungi oleh pihak PBSI dan menyatakan bahwa ada perwakilan BWF yang ingin bertemu di Jakarta. "Saya langsung datang karena merasa tidak ada apa-apa. Saya langsung diinterogasi BWF, ditanya soal hubungan dengan HT. Lalu saya jelaskan bahwa saya baru kenal, saya diajak match fixing tetapi saya tolak," jelasnya.
Diketahui, Agrippina dijatuhi hukuman untuk tak terlibat dalam aktivitas terkait badminton selama enam tahun dan denda uang US$3.000.
Dalam laporan BWF, tiga poin kunci dalam penjatuhan sanksi untuk Agrippina adalah 'bet on badminton matches for substantial period' dan 'facilitated betting by HT on badminton'.
BWF menyatakan, bahwa Agrippina terlibat dalam taruhan untuk laga badminton dalam kurun waktu tertentu dan berhubungan dengan HT untuk hal tersebut.
BWF sendiri tidak mendakwa Agrippina dengan tuduhan manipulasi pertandingan alias sengaja mengalah saat menghadapi lawan seperti tujuh terdakwa lainnya.
Sementara itu, hal yang dapat meringankan Agrippina adalah 'cooperated with bwf investigation' alias kooperatif dalam panggilan BWF. (der/fin)
GRAFIS:
Badminton World Federation (BWF) resmi memberikan sanksi kepada delapan pebulu tangkis Indonesia atas keterlibatan match fixing atau pengaturan skor dan judi.
Berikut Tuduhan Pelanggaran masing-masing atlet dan sanksi yang dijatuhkan oleh BWF:
1. Hendra Tandjaya
- Hendra Tandjaya secara langsung memanipulasi atau memfasilitasi manipulasi (yang dilakukan pemain lain) untuk 10 pertandingan
- Berusaha memfasilitasi manipulasi (yang bakal dilakukan orang lain) untuk empat pertandingan
- Mendapatkan keuntungan dari hasil manipulasi
- Bertaruh pada laga badminton untuk waktu tertentu
Sanksi Hukuman: Larangan terlibat dalam kegiatan badminton seumur hidup
2. Ivandi Danang
- Membiayai manipulasi pertandingan yang dilakukan oleh Hendra Tandjaya
- Berusaha memfasilitasi manipulasi (yang dilakukan pemain lain) untuk dua pertandingan
- Taruhan untuk laga badminton dalam kurun waktu tertentu
- Taruhan untuk laga badminton yang difasilitasi oleh Hendra Tandjaya
- Tidak kooperatif dengan investigasi BWF
Sanksi Hukuman: Larangan terlibat dalam kegiatan badminton seumur hidup
3. Androw Yunanto
- Secara langsung terlibat dalam manipulasi pertandingan untuk empat laga
- Mendapat keuntungan terkait aktivitas manipulasi
- Tidak melaporkan pendekatan Hendra Tandjaya terkait manipulasi pertandingan
- Kooperatif terhadap investigasi BWF
Sanksi Hukuman: Larangan terlibat dalam kegiatan badminton seumur hidup
4. Sekartaji Putri
- Secara langsung terlibat dalam manipulasi pertandingan untuk dua laga
- Mendapat keuntungan dari aktivitas manipulasi
- Tidak melaporkan pendekatan Hendra Tandjaya terkait manipulasi pertandingan
- Tidak kooperatif pada investigasi BWF
Sanksi Hukuman: Larangan terlibat dalam aktvitas badminton selama 12 tahun dan denda US$12 ribu.
5. Mia Mawarti
- Secara langsung terlibat dalam manipulasi pertandingan untuk satu laga
- Mendapat keuntungan dari aktivitas manipulasi
- Tidak melaporkan pendekatan Hendra Tandjaya terkait manipulasi pertandingan
- Tidak kooperatif terhadap investigasi BWF
Sanksi Hukuman: Larangan terlibat dalam aktivitas badminton selama 10 tahun dan denda US$10 ribu.
6. Fadila Afni
- Secara langsung terlibat dalam manipulasi pertandingan untuk satu laga
- Mendapat keuntungan dari aktivitas manipulasi
- Tidak melaporkan pendekatan Hendry Tandjaya terkait manipulasi pertandingan
- Tidak kooperatif terhadap investigasi BWF
Sanksi Hukuman: Larangan terlibat dalam aktivitas badminton selama 10 tahun dan denda US$10 ribu.
7. Aditiya Dwiantoro
- Secara langsung terlibat dalam manipulasi pertandingan untuk dua laga
- Mendapat keuntungan dari aktivitas manipulasi
- Tidak melaporkan pendekatan Hendry Tandjaya terkait manipulasi pertandingan
- Kooperatif terhadap investigasi BWF
Sanksi Hukuman: Larangan terlibat dalam aktivitas badminton selama tujuh tahun dan denda US$7.000.
8. Agrippina Prima
- Bertaruh di laga badminton dalam periode tertentu
- Taruhan untuk laga badminton yang difasilitasi oleh Hendra Tandjaya
- Kooperatif terhadap investigasi BWF
Sanksi Hukuman: Larangan terlibat dalam aktivitas badminton selama enam tahun dan denda US$3.000.
Sumber: BWF