Ilustrasi (Unsplash/Red Morley Hewitt)
Pemerintah Belanda, negeri Kincir Angin mengumumkan bahwa pencabutan pembatasan akan dilakukan mulai 25 Februari nanti. Bar, restoran, kelab malam dan tempat-tempat lainnya di Belanda bakal buka seperti semula.
Jika aturan baru sudah berlaku, maka Aturan jaga jarak 1,5 meter dan memakai masker tidak berlaku di sebagian besar lokasi. Itu hanya diwajibkan di bandara dan transportasi umum.
Masa karantina orang yang terkena Covid-19 juga diperpendek menjadi hanya 5 hari.
Pembatasan jumlah orang yang boleh bertamu di rumah juga dihapuskan. Penduduk masih disarankan bekerja dari rumah tapi tidak penuh. Hanya separo pekan saja. Untuk acara dengan 500 orang lebih, pesertanya masih tetap harus tes lebih dulu guna memastikan mereka negatif Covid-19.
Aturan larangan perjalanan untuk beberapa negara non Uni Eropa (UE) juga dicabut. Untuk para pelancong dari UE, mereka harus menunjukkan bukti negatif Covid-19 atau surat keterangan sudah vaksin.
’’Negara ini akan dibuka kembali,’’ ujar Menteri Kesehatan Belanda Ernst Kuipers seperti dikutip Agence France-Presse.
Dia mengungkapkan bahwa meski tampaknya puncak penularan Covid-19 telah berakhir, namun pandemi belum usai. ’’Kita bisa optimis tapi juga harus realistis,’’ tambahnya, seperti dilansir Jawa Pos.
Angka penularan akibat varian Omicron di Belanda juga masih tinggi. Desember lalu, Belanda termasuk negara di Eropa yang menerapkan aturan sangat ketat karena Omicron. Tapi sebagian aturan tersebut sudah dihapus beberapa pekan terakhir.
Pekan lalu, tercatat ada 482.695 kasus di Belanda dan 88 di antaranya berada di ICU. Jumlah tersebut memang besar, tapi sudah turun 22 persen dibanding pekan sebelumnya.
Sebelum Belanda, Denmark, Swedia dan Norwegia sudah lebih dulu memulai kenormalan baru. Aturan-aturan ketat yang diterapkan di Eropa guna mencegah penularan kerap memicu demonstrasi.
https://radarbanyumas.co.id/bahrain-dan-inggris-umumkan-penghapusan-tes-covid-19-menkes-swedia-saya-nyatakan-sudah-berakhir/
Khusus Belanda, tahun lalu demo besar-besaran terjadi 2 kali karena aturan pembatasan untuk pencegahan Covid-19. Saat November lalu, polisi bahkan menembak dan melukai beberapa demonstran.
Di Kanada, aksi sopir truk masih belum usai. Kepala Polisi Ottawa bahkan telah mengundurkan diri. Pihak kepolisian dianggap tidak bisa menangani demonstran yang tak kunjung hengkang dari ibu kota.
Aksi bertajuk Freedom Convoy tersebut sudah melumpuhkan kota Ottawa selama 19 hari. Penduduk mulai gerah. Setidaknya ada 400-500 truk menutup ruas jalan di Ottawa.(jawapos)