JAKARTA — Isu awal perang Rusia Ukraina terjadi Ketika Kyiv juga mengatakan Moskow telah memobilisasi 100.000 tentara bersama dengan tank dan perangkat keras militer lainnya. Ini kemudian berlanjut di Desember 2021, di mana Presiden AS Joe Biden memperingatkan Rusia tentang sanksi ekonomi Barat jika menyerang Ukraina.
Isu serangan bergulir sejak November 2021. Sebuah citra satelit menunjukkan penumpukan baru pasukan Rusia di perbatasan dengan Ukraina. Berita ini dilansir dari pemberitaan cnbc, Kamis (17/2/2022).
Beberapa hari kemudian, tepatnya 17 Desember, Rusia mengajukan tuntutan keamanan yang terperinci kepada Barat, termasuk meminta NATO menghentikan semua aktivitas militer di Eropa Timur dan Ukraina. Rusia meminta aliansi tersebut untuk tidak pernah menerima Ukraina atau negara-negara bekas Soviet lainnya sebagai anggota.
Namun hal ini tak digubris NATO. Di Januari 2022, Biden meyakinkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy bahwa AS akan “menanggapi dengan tegas” jika Rusia menginvasi Ukraina. Kedua pria itu berbicara di telepon untuk membahas persiapan serangkaian pertemuan diplomatik yang akan datang guna mengatasi krisis tersebut.
Pada 10 Januari, pejabat AS dan Rusia bertemu di Jenewa untuk pembicaraan diplomatik meski tak terselesaikan karena Moskow mengulangi tuntutan keamanan yang menurut Washington tidak dapat diterima.
Pada 24 Januari, NATO menempatkan pasukan dalam keadaan siaga dan memperkuat kehadiran militernya di Eropa Timur dengan menghadirkan lebih banyak kapal dan jet tempur. Beberapa negara Barat mulai mengevakuasi staf kedutaan yang tidak penting dari Kyiv dan AS menempatkan 8.500 tentara dalam siaga.
Lusanya, 26 Januari, Washington menyajikan tanggapan tertulis terhadap tuntutan keamanan Rusia. Mereka mengulangi komitmen terhadap kebijakan “pintu terbuka” NATO sambil menawarkan “evaluasi yang berprinsip dan pragmatis” atas keprihatinan Moskow.
Pada 27 Januari, Biden memperingatkan kemungkinan invasi Rusia pada Februari. AS dan Rusia berdebat tentang krisis Ukraina pada sesi tertutup khusus Dewan Keamanan PBB pada 31 Januari.
Sementara itu, laporan media barat Senin (14/2/2022) mengatakan bahwa Rusia akan menyerang Ukraina 16 Februari 2022. Ini berdasarkan sumber yang mengetahui pembicaraan Biden dengan sekutu.
Hal ini juga dikatakan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. “Mereka (barat) memberi tahu kami bahwa 16 Februari akan menjadi hari penyerangan,” katanya.
https://radarbanyumas.co.id/jubir-rusia-di-indonesia-dalang-perang-rusia-ukraina-as-nato/
Namun ia cukup pesimis dengan itu. Ia malas meminta warga Ukraina bersatu di 16 Februari, dengan mengibarkan bendera nasional dan mengenakan spanduk kuning dan biru.
Seperti gayung bersambut, Selasa (15/2/2022), Putin menjawab pesimismo Ukraina. Ia mengonfirmasi kalau Kementerian Pertahanan Rusia telah menarik tentara dan prasarana dan sarana pendukung dari perbatasan Ukraina.
Hal itu disampaikan Putin dalam konferensi pers bersama Kanselir Jerman Olaf Scholz di Moskow. Putin mengatakan, Rusia “tentu saja” tidak menginginkan perang dan siap mencari solusi.
“Kami siap untuk bekerja sama lebih jauh. Kami siap untuk masuk ke jalur negosiasi,” ujar Putin seperti dilansir AFP. (riki/fajar)