PURWOKERTO- Makin tingginya pertumbuhan kendaraan bermotor, terutama roda dua di wilayah Kota Purwokerto beberapa tahun belakangan, berdampak bagi angkutan kota maupun angkutan umum pada umumnya. Dampak paling tarasa adalah makin menurunnya penumpang, baik dari kalangan pelajar maupun masyarakat umum. Penawar jasa tempat ngetem Angkutan Kota depan Pendopo Wabup, Caram mengatakan, penurunan penumpang angkutan kota di Purwokerto sudah dirasakan sejak 2001 dan semakin terasa sejak 2005 hingga sekarang. "Karena sekarang punya sepeda motor sangat mudah, dengan Rp 500 ribu bisa langsung bawa pulang motornya," ujarnya. Menurut dia, dengan makin menurunnya jumlah penumpang, banyak supir yang berhenti dari pekerjaannya. Sebab, mereka makin sulit memenuhi setoran karena sulit disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Akibatnya, banyak armada angkutan kota yang nganggur. Warga Bancarkembar, Purwokerto utara, Elmania Febri mengatakan, dulu dirinya sering menggunakan jasa angkutan umum. Namun tiga tahun ini, dia memilih menggunakan kendaraan pribadi. "Sebenarnya asyik naik angkutan umum karena tidak capek, tapi karena sering ngetem lama jadi males. Apalagi kalau sedang buru-buru," kata Elma. Kini Elma memilih naik motor untuk kepentingannya. Kabid Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya (LLAJ) Dinhubkominfo Banyumas, Achmad Riyanto mengungkapkan, jumlah angkutan kota yang ada di Banyumas sebanyak 344 unit dengan 31 trayek. Dia mengakui, ada penurunan penumpang. Namun, pihaknya telah memberikan solusi. "Setiap bulan diadakan rolling rute, sehingga semua bisa merasakan daerah yang sepi atau rame," kata Achmad. Hal tersebut dirasa efektif, karena dapat menyeimbangkan pemasukan. (ely)
Kendaraan Pribadi Gerus Eksistensi Angkutan Kota di Purwokerto
Sabtu 24-09-2016,13:39 WIB
Kategori :