aam/radarmas
MIMIM PENGGUNA: Sejak diluncurkan tahun lalu, ambulans online Pemkab Banyumas masih minim peminat. Malah sering mendapatkan orderan fiktif.
PURWOKERTO-Tahun lalu, Pemkab Banyumas meluncurkan Program Banyumas Menjemput Pasien Gawat Darurat untuk mewujudkan pelayanan kesehatan responsif terhadap kejadian gawat darurat.
Sebagai upaya mengimbangi kemajuan teknologi, lahirlah ambulans online yang beroperasi di Banyumas. Dalam launchingnya tahun lalu, sebanyak 10 ambulans online mengaspal.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, Sadiyanto mengatakan, sasaran gawat darurat yang dilayani meliputi pasien kecelakaan lalu lintas, kegawatdaruratan persalinan, dan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).
"Ditahap awal memang ada 10, sekarang sudah ada tambahan dari puskesmas, Rumah Sakit, bahkan juga PMI," ujar dia.
Pihaknya mengatakan, aplikasi yang terinspirasi dari Ojek Online (Ojol) tersebut juga kerap menjumpai panggilan fiktif.
"Tapi memang saya evaluasi, kadang-kadang ada orderan tidak darurat tapi dipanggil. Panggilan zonk itu, padahal petugas sudah bergegas," terangnya.
Sementara itu, aplikasi ambulans online yang diluncurkan bulan Mei 2018 lalu, hingga kini masih minim pengguna. Dari data yang dihimpun Radar Banyumas, aplikasi yang diberi nama PSC Sigap Banyumas tersebut baru ada 164 pengguna aplikasi tersebut.
Koordinator koordinator Public Safety Center (PSC), Imam As'ari mengatakan, aplikasi tersebut telah diujicoba dari 1 Februari 2018.
"Sebenarnya mulai aplikasi sejak 1 Februari 2018, tapi baru launching pada 31 Mei 2018," imbuhnya.
Pihaknya mengatakan, hingga kini peengguna aplikasi tersebut belum begitu banyak. Ada dua aplikasi serupa, pertama ditujukan kepada masyarakat umum yang hingga saat ini baru 164 pengguna.
"Sedangkan aplikasi yang khusus untuk petugas sudah ada 157. Jumlah ini sebetulnya mencukupi, namun kendalanya bisa jadi petugas tidak tersrbar diseluruh Kabupaten Banyumas," ujar dia.
Tak hanya itu, pada awal launching aplikasi tersebut, ada 10 ambulans yang menggunakan GPS. Serta hanya bertambah dua hingga sekarang.
"Bisa jadi nanti 2020 akan lebih banyak lagi," tuturnya.
Imam melanjutkan, minimnya sosialisasi menjadi salah satu faktor sedikitnya pengguna aplikasi tersebut.
"Kita terkendala dengan sosialisasi. Memang belum banyak yang tau," imbuh dia.
Pihaknya mengatakan sosialisasi yang pernah dilakukan seperti pada Car Free Day di Alun-alun Purwokerto, serta sosialisasi yang dilakukan di sekolah-sekolah.
"Dengan aplikasi ini sebetulnya lebih efektif. Kita bisa lihat petugas ada disebelah mana. Kejadian disebelah mana. Kita pilih yang terdekat," tandasnya. (mhd/ttg)