Sesalkan Perusakan Tempat Ibadah, MUI Minta Semua Pihak Tak Terprovokasi

Minggu 31-07-2016,17:51 WIB

TANJUNGBALAI - Suasana di Kota Tanjungbalai, Sumatera Utara (Sumut), Sabtu dini hari (30/7) sekitar pukul 00.30 WIB mencekam. Puluhan ribu warga mengamuk dan membakar delapan rumah ibadah. Empat lainnya dirusak, termasuk yayasan sosial. Selain itu, 6 unit mobil, 4 sepeda motor, serta 1 becak bermotor turut menjadi sasaran amuk warga. Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Islam (MUI) Din Syamsuddin menyesalkan terjadinya peristiwa perusakan rumah ibadah tersebut. Apa pun alasannya, tutur mantan ketua umum PP Muhammadiyah itu, perusakan rumah ibadah sama sekali tidak dapat ditoleransi. "Tindakan ini tidak dibenarkan agama apa pun," tegasnya. 8 Perusakan tersebut, lanjut Din, menunjukkan masih kurangnya kualitas kerukunan antarumat. Masyarakat diminta tidak terprovokasi. Sebab, konflik itu belum tentu murni terkait dengan agama. Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menyatakan, selama ini Indonesia dikenal sebagai bangsa yang toleran. "Semua orang saling menghormati. Apalagi di Sumatera Utara ini. Kita kuat karena berbeda," ujar JK di sela-sela menghadiri musyawarah masyarakat adat Batak di tepi Danau Toba, Parapat, Sumut, kemarin. Meski begitu, JK tidak menampik adanya sejumlah kasus intoleransi yang pernah muncul. Tapi, menurut dia, itu hanya sebagian kecil. "Kalau konflik ya sedikit-sedikit saja," kata dia. Memang suku dan agama itu punya perbedaan. Dirjen Bina Masyarakat Islam Kementerian Agama (Kemenag) Machasin mengatakan, pihaknya juga sedang menyelidiki permasalahan tersebut melalui petugas Kemenag di Tanjungbalai. Dia juga mengecam tindakan massa yang melakukan aksi sewenang-wenang. "Saya meminta semua lapisan masyarakat, baik di tempat kejadian maupun seluruh Indonesia, menahan diri. Jangan sampai kejadian ini menyulut insiden lain dan membuat masalah semakin besar," tuturnya. Pos Metro Asahan (Jawa Pos Group) melaporkan, konflik dimulai ketika satu keluarga yang bertempat tinggal di Jalan Karya, Kelurahan Karya, Kecamatan Tanjungbalai Selatan, Kota Tanjungbalai, merasa terganggu dengan pengeras suara Masjid Al Maksum yang berlokasi di depan rumah keluarga tersebut. Istri Atui yang bernama Meliana, 41, lantas menegur pengurus masjid. Kemudian terjadi pembicaraan yang berakhir dengan adu mulut. Amarah warga lantas memuncak dan mereka melempari kediaman Meliana. Keluarga itu kemudian dilarikan ke Mapolsek Tanjungbalai Selatan. Setiba di mapolsek, dilakukan pertemuan dengan melibatkan ketua MUI, ketua FPI, camat, kepala lingkungan, dan tokoh masyarakat setempat. Pada saat bersamaan, massa mulai berkumpul di depan kediaman Meliana di Jalan Karya. Polres Tanjungbalai mengimbau massa membubarkan diri. Massa pun bubar satu per satu. Namun, pada pukul 22.30 WIB Jumat (29/7) massa kembali berkumpul di depan kediaman Meliana. Mereka lantas bergerak menuju wihara di Juanda yang berjarak sekitar 500 meter dari Jalan Karya. Massa berupaya melakukan pembakaran, tapi dihadang personel Polres Tanjungbalai. Massa kemudian bergerak ke tempat-tempat ibadah lain dan melakukan aksi vandalisme dengan membakar dan merusak. Aksi ribuan orang tersebut kemudian berhasil dikendalikan setelah Brimob melakukan penyisiran di jalan. Massa bubar sekitar pukul 04.30 WIB Sabtu. Kapolres Tanjungbalai AKBP Ayep Wahyu Gunawan menerangkan, saat ini massa telah terkendali. Sejumlah ruas jalan di Kota Tanjungbalai sempat lumpuh. Dalam aksi kericuhan yang terjadi di Tanjungbalai, pihak kepolisian mengamankan tujuh warga. Mereka melakukan penjarahan dalam kerusuhan. Kabidhumas Polda Sumut Kombespol Rina Sari Ginting di Medan menjelaskan, tujuh warga tersebut diamankan ke Mapolres Tanjungbalai. Menurut dia, pihak kepolisian dan pemerintah daerah setempat telah menyepakati pertemuan untuk membahas kerusuhan berbau SARA itu. Polri telah menerjunkan Kepala Lembaga Pendidikan Kepolisian (Kalemdikpol) Komjen Syafruddin untuk memimpin langsung upaya pencegahan kian meluasnya kerusuhan di Tanjungbalai. "Saya sudah di Tanjungbalai. Kerusuhan ini dalam waktu tiga jam telah teratasi," ucapnya. Ada dua cara yang akan ditempuh dalam mencegah membesarnya kerusuhan tersebut, yakni berkomunikasi dengan masyarakat dan menegakkan hukum. Yang juga penting ialah memulihkan situasi. "Saya sudah instruksikan ke Kapolda Sumut untuk memimpin pemulihan itu," ujarnya. Untuk komunikasi dengan warga, mantan Wakapolda Sumut tersebut memastikan telah menggelar pertemuan dengan sejumlah tokoh masyarakat. Namun, langkah-langkah yang akan dilakukan masih coba dikerucutkan. "Dialog telah dilakukan, tapi masih berlanjut," kata Syafruddin. Dalam situasi kerusuhan, penegakan hukum juga memerlukan kehati-hatian. Polda wajib melakukan penegakan hukum yang akurat. Polisi tidak boleh sampai main asal tangkap. "Dalam situasi semacam ini, penegakan hukum tidak boleh salah," tuturnya. Karena itu, Syafruddin memberikan jaminan bahwa ke depan situasi di Tanjungbalai lebih kondusif. Yang pasti, masyarakat harus tetap tenang dan kepolisian akan dengan profesional menangani masalah tersebut. "Sudah aman kok," yakin jenderal berbintang tiga itu. (mia/bil/idr/tyo/jun/mag02/syaf/JPG/c9/sof)

Tags :
Kategori :

Terkait