DISAMBUT- Kepulangan jamaah haji disambut keluarganya. AAM/RADARMAS
Jamaah Meninggal Karena Dehidrasi Hingga Head Stroke
PURWOKERTO – Persiapan pelaksanaan ibadah Jamaah haji perlu dievaluasi menyeluruh untuk ibadah haji tahun mendatang. Diantaranya persiapan fisik yang benar-benar matang serta taati aturan dan perintah-perintah dasar.
"Untuk tahun berikutnya persiapan fisik jamaah selain disamping persiapan ilmu tentang peribadatan haji, fisik itu sangat penting. Selain itu mentaati peraturan dan perintah dasar harus benar-benar dilakukan, " kata Mukhzin, salah satu Pendamping Haji Kloter 90 saat dimintai keterangan oleh Radarmas kemarin.
Mukhzin, mengatakan, faktor perbedaan cuaca menjadi kendala bagi jamaah haji asal Banyumas. Bahkan ada seorang jamaah asal Jatiwinangun, Purwokerto Timur dipanggil yang maha kuasa karena kepanasan meskipun mempunyai riwayat penyakit jantung.
Di sisi lain, dari informasi terbaru yang dihimpun Radarmas, tiga orang jamaah meninggal dari kloter 90. Pada saat keberangkatan, kloter 90 berjumlah 353 dan tersisa 350 jamaah haji.
"Untuk kloter 90 yang meninggal berjumlah tiga orang," kata Mukhzin, salah satu Pendamping Haji Kloter 90 saat dimintai keterangan oleh Radarmas kemarin.
"Untuk kendala tetap ada meskipun tidak banyak. Pertama, hubungannya dengan cuaca yang sangat panas sehingga jamaah banyak yang dehidrasi. Salah satu jamaah haji ada yang meninggal karena kepanasan head stroke," ujarnya.
Mukhzin menjelaskan saat di tanah suci bagaimana asal muasal jamaah haji yang kepanasan dikarenakan tersesat.
"Kepanasan itu karena diluar yang direncanakan. Maksudnya mereka jalan sesuai rencana. Tapi karena ada yang tersesat sehingga mencari tempat yang akhirnya diluar batas kemampuan yang ditentukan," kata dia.
"Sehingga harusnya pada jam 08.00 sudah sampai ke tenda, malahan jam 12.00 baru sampai dan pada saat itu suhunya mencapai 45° celcius. Kepanasan ini salah satu faktor saja karena dalam buku kesehatannya sudah ada riwayat jantung, " paparnya.
Mukhzin mengatakan, jamaah haji jamak yang melalaikan aturan dasar namun sangat berdampak karena tidak dilakukan.
"Selalu mengenakan masker dan minum delapan gelas atau botol air sehari itu jarang dilakukan jamaah. Padahal sangat penting dan dasar sekali. Bahkan mereka yang mempunyai riwayat penyakit membawa obat tapi obatnya tidak diminum," ucap dia.
Dalam proses ibadah sendiri, kata dia, jamaah haji dibagi menjadi tiga. Yang pertama mampu secara fisik, kurang mampu secara fisik namun harus dengan pendampingan.
"Dan mampu secara fisik dengan pendampingan itu biasanya yang ada masalah," katanya.
Sementara itu, Kastam jamaah haji kloter 90 asal Purwojati sangat bersyukur dapat kembali dengan sehat ke tanah kelahirannya.
"Alhamdulillah dapat kembali dengan selamat ke kota kelahiran. Semoga apa yang kami lakukan mendapat ridho dan manfaat," ucapnya sambil berkaca-kaca matanya yang menggambarkan rasa haru disertai syukur.
Banyaknya keluarga jamaah haji yang menjemput sudah diantisipasi dengan banyaknya personil dari kepolisian beserta Satpol PP. Hal ini untuk mencegah adanya oknum copet dan menata kepulangan jamaah haji agar lebih tertib.
"Senang sekali dapat bertemu dengan keluarga yang pulang dengan sehat. Saya juga mengapresiasi panitia dan petugas, penjemputannya sangat tertib, nyaman, dan aman," ucap Inge salah satu keluarga penjemput jamaah haji asal Purwokerto. (aam)