Candu Itu Bernama Gawai

Kamis 02-08-2018,08:19 WIB

(ILUSTRASI) Balita Kini Jamak Bermain Youtube PURWOKERTO-Kemajuan teknologi kini menyentuh hidup anak-anak di bawah umur yang sudah memiliki gawai (bahasa Inggris, gadget, red) sendiri. Ironisnya, mereka adalah balita. Penelusuran Radar Banyumas, salah satu orang tua bernama Pri, warga Desa Kedungrandu, bahkan mengaku sengaja membelikan gawai untuk anaknya yang masih berusia lima tahun. "Biar nggak rewel. Terkadang, saat saya bekerja menggunakan hape untuk komunikasi, sering direbut. Jadi saya belikan," akunya saat bercerita ke Radar Banyumas. Kemajuan teknologi, diakui Pri, saat ini sudah ada digenggaman anaknya. Dia seirng melihat kelincahan anaknya membuka dan mengusap layar androidnya. Paling banter, anaknya sering membuka youtube untuk menonton kartun anak-anak sesuai selera. "Tetap ada pengawasan. Paling sering untuk youtuban," kata dia. Hal sama dikatakan Aji, warga Desa Kalibagor. Dia pernah membelikan anaknya tablet. Namun, tablet kemudian disita karena menyadari tidak baik untuk perkembangan anaknya. "Pada awalnya saya kasih waktu untuk bermain. Membelikan untuk memotivasi. Tapi sekarang sudah tidak lagi," kata dia. Sementara itu, candu bernama gawai ini rupanya diakui netizen dari hasil poling yang dilakukan Radar Banyumas melalui akun instagram @radarbanyumasnetwork. Kemajuan teknologi nyatanya tak hanya merambah ke para penggiat yang disebut tech savvy, namun juga menjadi bagian hidup anak-anak di bawah umur. Dalam polling dengan pertanyaan "kecanduan gadget itu karena apa", tercatat 141 orang memilih untuk bermain medsos (75 persen). Sementara 49 orang memilih untuk bermain game. Bahkan, saat pertanyaan "Balita pegang gadget lebih banyak dipakai untuk apa", 125 orang memilih youtube dan 65 orang memilih game. (selengkapnya lihat grafis, red). Sementara itu, melihat penggunaan gawai secara berlebihan di kalangan anak-anak membuat Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKB3A) Banyumas ikut menerapkan Gerakan 18.21. Gerakan tersebut disosialisasikan untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan gawai pada anak. Gerakan 18.21 sendiri merupakan imbauan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah. Dimana pada pukul 18.00 hingga 21.00, para orang tua diharapkan tidak menggunakan gawai untuk menemani anak-anaknya. Dalam waktu tiga jam tersebut para orangtua dapat menerapkan 3B yaitu bermain, belajar, bicara bersama anak-anak mereka. "Diharapkan gerakan 18.21 menjadi waktu yang paling efektif dan sebisa mungkin dapat mengurangi penggunaan gadget," terang Yuli Astuti, Kasi Pemenuhan Hak Anak DPPKB3A Banyumas. Dalam hal ini, kata dia, bermain yang dimaksud adalah permainan tradisional seperti bermain petak umpet. Selain mengerjakan PR para orangtua juga dapat mengajari anaknya mengaji atau kegiatan positif lainnya. Selain itu juga dalam waktu tersebut para orangtua dapat mengobrol dan berkomunikasi lebih banyak dengan anak-anak mereka. Realisasi untuk mengurangi penggunaan gawai di kalangan anak, salah satu kegiatan yang dilakukan adalah gerakan "Lupakan Gadgetmu, Ayo Main di Luar" yang dipelopori oleh Forum Anak Banyumas. Setiap pertemuan dalam forum ini dilakukan untuk mengurangi penggunaan gawai dengan tidak diperbolehkannya penggunaan gawai pada saat pertemuan. Di sisi lain, DPPKB3A Banyumas hingga saat ini baru merencanakan Peraturan Daerah tentang perlindungan anak. Salah satu di dalamnya terkait dengan pemenuhan hak anak dan perlindungan anak. Dalam Perda tersebut diharapkan dapat mengakomodir waktu penggunaan gawai. Pemenuhan hak anak dan perlindungan anak juga dilakukan untuk mendukung Banyumas sebagai Kabupaten Layak Anak. "Suatu Kabupaten dapat dikatakan layak anak apabila telah memenuhi 24 indikator. Dari 24 Indikator dibagi menjadi lima cluster," terangnya ketika ditemui di Kantor DPPKB3A, Selasa (31/7). Lima cluster yang dimaksud Yuli Astuti adalah Hak Sipil Kebebasan, Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan Alternatif, Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan, Pendidikan Pemanfaatan Waktu Luang dan Kegiatan Budaya, serta Perlindungan Khusus. Untuk mengurangi penggunaan gawai di kalangan anak-anak, Yuli Astuti menghimbau agar para orangtua sadar akan bahayanya penggunaan gawai bagi anak. (lin/ttg)

Tags :
Kategori :

Terkait