PURWOKERTO-Penggunaan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) bagi calon siswa yang mendaftar ke sekolah makin menggila. Buktinya, hampir 100 persen pendaftar di SMK N 2 Purwokerto menggunakan SKTM. Padahal, SMK N 2 Purwokerto sendiri menerima kuota siswa baru sebanyak 510 siswa.
"Ini luar biasa juga, karena hampir seluruhnya menggunakan SKTM," kata Siamto, salah satu Panitia PPDB di SMK N 2 Purwokerto.
Menghadapi fenomena tersebut, pihak sekolah akan melakukan verifikasi terkait penggunaan SKTM.
"Kami akan melakukan verifikasi secara legal formal dari kecamatan, sementara verifikasi faktual juga kami lakukan berdasarkan Kartu Keluarga (KK)," jelasnya.
MENDAFTAR : Sejumlah calon siswa saat bersama orang tua saat mendaftar di SMK N 2 Purwokerto kemarin, (5/7). (Ali Ibrahim/Radar Banyumas)
Dalam proses penerimaan peserta didik baru (PPDB) yang dilakukan di SMK N 2 Purwokerto , Siamto juga menjelaskan, bahwa pengguna SKTM tersebut sudah dilkukan penyaringan karena pendaftar yang menggunakan SKTM lebih dari kuota.
"Jadi, itupun sudah disaring kembali melalui nilai yang menggunakan SKTM, jadi jelas yang tidak menggunakan SKTM bakal tersingkir lebih dulu," jelasnya.
Ia menegaskan jika nantinya ada yang terbukti menggunakan SKTM namun kondiisi sebenarnya tidak miskin, maka siswa tersebut bakal dikeluarkan.
"Kalau tidak sesuai dengan kondisi aslinya ya kami keluarkan, meskipun siswa tersebut sudah diterima," tegasnya.
Sementara itu, pendaftaran di hari Kamis (5/12) kemarin, jenjang SMA/SMK Negeri sudah memasuki hari kelima. Di hari kelima, pantauan Radarmas sekolah sudah mulai terlihat sepi. Hanya beberapa orang tua mencabut berkas lantaran tidak masuk ke dalam kuota.
Kondisi banyaknya siswa yang mendaftar dengan menyertakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) membuat banyak calon siswa dan orangtua siswa merasa sedih dan kecewa. Hal itu lantaran calon siswa yang memiliki Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dengan mudah menggeser posisi rangkingnya di sekolah negeri.
"Tentunya sia-sia nilai bagus, karena hanya dengan SKTM, nilai bagus tetap kalah," kata salah seorang orang tua calon peserta didik, Sugiarto.
Di tempat terpisah, Kepala SMA Negeri 2 Purwokerto, Drs H Tohar MSi mengatakan, di sekolahnya ada sebanyak 97 calon peserta didik yang menggunakan SKTM dari total kuota 392 siswa. Ia memaparkan, dari 97 pendaftar yang menggunakan SKTM, semuanya memiliki nilai yang cukup tinggi.
"Nilai mereka cukup tinggi, ya ada beberapa memang yang nilainya rendah, tapi tetap saja mereka dapat mengalahkan yang nilainya tinggi namun tanpa SKTM, karena itu sudah sistemnya," katanya.
Sementara Ketua Panitia PPDB SMA/SMK Banyumas, Yuniarso K Adi mengatakan, sementara baru ada 16 anak yang mencabut SKTM untuk pendaftaran.
"Dari data yang kami dapat, baru ada 16 anak yang mencabut SKTM. Itu mungkin karena kesadaran sendiri. Sementara tambahan lagi belum ada, kita tungu verifikasinya lagi," jelasnya.
Sebelumnya, ia mengungkapkan ada indikasi orang tua yang mendaftarkan anaknya menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) meski sebenarnya mampu. Menyikapi hal demikian, sekolah diberikan kesempatan untuk mengundang pendaftar yang menggunakan SKTM untuk klarifikasi.
"Jadi sekolah-sekolah diminta untuk mengundang pendaftar yang menggunakan SKTM, mereka diminta untuk melakukan pernyataan kejujuran. Setelah melakukan klarifikasi sekolah diminta untuk melakukan verifikasi lebih mendalam terhadap pendaftar tersebut," katanya.
Menurutnya, dengan melakukan klarifikasi kejujuran, hal ini dapat mengedukasi masyarakat untuk membiasakan jujur dan bertanggungjawab. Pasalnya penggunaan SKT yang tidak semestinya bakal merugikan banyak pihak, contohnya siswa yang memiliki nilai tinggi, tentu akan kalah dengan siswa yang menggunakan SKTM.
"Terlebih untuk SMK yang tidak ada zonasinya. SMA masih mending karena SKTM berlaku hanya untuk zonasi 1," pungkasnya. (ali)