PURWOKERTO-Hampir satu pekan, Purwokerto tak diguyur hujan. Dua sungai utama di kota ini airnya tak mengalir. Sungai semakin seperti TPA (Tempat Pembuangab Akhir), kebiasaan buruk warga setempat semakin terlihat, sampah menumpuk di sepanjang sungai Pelus dan Banjaran, air yang tak mengalir memperlihatkan dengan jelas, jumlah sampah menumpuk banyak karena tak terbawa arus.
Kondisi tersebut dapat disaksikan langsung di sungai pelus, dimulai dari jembatan Pabuaran ke selatan, Dukuhwaluh, Mersi, Sokaraja hingga Petir. Begitupula di sungai Banjaran, sampah menumpuk dari jembatan Kober, ke selatan melintasi Kedungwuluh hingga Kedungrandu.
Sampah menumpuk di sepanjang sungai Pelus dan Banjaran
"Kalau musim terang seperti ini, bisa kelihatan langsung. Sungai seperti TPA (Tempat Pembuangan Akhir), air tidak ngalir, sampah tidak kebawa arus. Anak-anak saya larang main ke sungai, " kata Fitiri, warga Desa Petir Kecamatan Kalibagor.
Ia mengatakan, yang membuang sampah ke sungai tidak hanya sebagian rumah di bantaran sungai. Namun dari berbagai tempat, sengaja datang melintasi jembatan di Sokaraja, membuang sampah.
"Tidak pagi, siang atau sore. Ada terus yang membuang sampah. Jelas-jelas airnya juga tidak mengalir. Kalau musim hujan masih mendingan, walaupun juga tidak bener buang sampah kok ke sungai, " kata dia.
Sedangkan menurut Librei, warga Kober Kecamatan Purwokerto Barat. Ia kesal dengan perilaku membuang sampah ke sungai. Menurutnya ironis, sebab Purwokerto merupakan wilayah dengan banyak sekolah dan perguruan tinggi, nampun perilaku membuang sampah ke sungai sama malah semakin marak.
"Saya tidak tahu yang salah siapa, pemerintah yang tidak tegas dan tak punya perhatian ke kebersihan. Ke kesehatan lingkungan. Atau memang warganya bandel-bandel, " kata dia.
Sedangkan menurut Fahmi, warga desa Rempoah, Kecamatan Baturaden sungai Pelus diwilayah desanya masih jerih dan tidak banyak sampah meskipun debit airnya sedang kecil. Sebab warga setempat tidak pernah membuang sampah ke sungai. Dan juga tidak membuang limbah rumah tangga langsung ke sungai secara masal.
"Kalau disini sungainya masih jernih, bisa buat mandi kadang juga ada wisatawan sengaja main ke sungai. Sampah tidak dibuang ke suangai, rumah juga tidak ada yang terlalu dekat dengan sungai takutnya longsor, " kata dia.
Ia mengataka, warga di desanya memang tidak pernah berani membuang sampah ke sungai. Meskipun tidak ada larangan keras, atau sanksi yang akan mengena. Sebab warga setempat, termasuk dirinya juga tidak tahu ada sanksinya atau tidak. Ketidak beranian membuang sampah ke sungai, disebabkan pesan dan wasiat orang tua bahwa sungai Pelus merupakan sungau yang dikeramatkan.
"Orang tua dulu sering bercerita, kalau sungai Pelus harus dijaga dan jangan sampai murka. Kalau murka, saat banjir bandang bisa menelan korban jiwa, " kata dia. (hkm)