PURWOKERTO- Persoalan gizi buruk tidak hanya masalah nasional. Banyumas juga masih memiliki pekerjaan rumah untuk menekan jumlah penderita gizi buruk yang masih dominasi balita. Total kasus gizi buruk di Banyumas setiap tahunnya berkisar diangka 70.
Pada tahun 2014 silam, penderita gizi buruk tercatat 72 kasus. Tahun 2015 sedikit mengalami perbaikan, penderita gizi buruk menjadi 68 kasus. Sementara pada 2016 jumlah kembali naik menjadi 76 kasus.
Kasi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, Heny Sutikno SSiT MKes melalui Nutisionis Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Banyumas, Rany Sekar Pratiwi mengatakan, angka tersebut terbilang stabil dibanding pada 2013 mencapai 80 kasus gizi buruk.
"Biasanya setelah anak mulai makan mandiri, dan kemungkinan juga karena pola asuh orang tuanya yang salah sehingga anak juga salah mengkonsumsi makanan," katanya.
Menurut Rany Sekar Pratiwi, sampai sekarang ini, dari sisi orang tua, kebanyakan hanya mengutamakan anak mau makan. Namun, tidak melihat kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsi.
Menurut Rany Sekar Pratiwi, DKK Banyumas selama ini sudah berusaha melakukan intervensi dengan pemberian makanan tambahan (PMT) seperti biskuit. Biskuit tersebut diterima dari Kementerian Kesehatan Indonesia, serta dari provinsi sejak 2013.
"Bantuan itu diberikan untuk balita bawah garis merah, dan harus telaten dalam memberikannya," ujar Rany Sekar.
Meski begitu, menurut Rany Sekar, penyebab kasus gizi buruk di Banyumas memang berbeda-beda. Ada anak yang hanya kekurangan berat badan karena kurangnya asupan gizi. "
Yang penting coba dipenuhi untuk PMT, jika tidak ada kenaikan berat badan, kami akan berikan konsultasi dan bersama kader memantau perkembangannya," tuturnya.
Di samping itu, ada juga karena infeksi TB paru anak. Pada anak yang mengalaminya, terlihat dari nafsu makan menurun, sehingga tidak ada tenaga yang dihasilkan.
Untuk penderita infeksi TB paru anak, akan dirujuk ke puskesmas. Jika ada obatnya, segera diberikan pada penderita. Namun, jika di puskesmas rujukan tidak ada obat yang dimaksud, akan dirujuk ke rumah sakit.
"Obat itu harus diminum selama enam bulan dan tidak boleh terputus, karena sekali terputus harus diulang dari awal lagi," terang Rany.
Selain itu, penyebab gizi buruk yang sulit dipulihkan karena penyakit bawaan pada anak, seperti kelainan jantung dan kelainan tumbuh kembang yang diserang otak atau hydrosepalus. Anak dengan penyakit bawaan itu, akan segera dirujuk ke rumah sakit untuk menangani penyakitnya. DKK Banyumas tetap memberikan asupan gizi yang dibutuhkan anak.
Rany Sekar menambahkan, tahun ini optimis mengurangi angka gizi buruk pada anak di Banyumas. Menurutnya, kasus gizi buruk tidak dapat dihilangkan tetapi dapat diminimalisir. Pasalnya, setiap tahun ada anak yang sembuh dan muncul lagi kasus serupa.
Dari kasus-kasus sebelumnya, anak penderita gizi buruk dapat ditangani dan kembali normal. Sedangkan kasus yang ada saat ini merupakan kasus baru yang dialami beda anak. (ely/acd)