Orang Tua Awasi Jajanan Anak
PURWOKERTO- Klaim banyaknya jajanan yang berbahaya untuk anak-anak langsung membuat pedagang geram. Terutama pedagang yang memang selama ini berdagang di lingkungan sekolah. Mereka keberatan jika dikatakan banyak jajanan anak sekolah mengandung bahan berbahaya.
"Jangan memukul rata seperti itu, karena tidak semua jajanan anak sekolah mengandung bahan yang tidak baik dicerna tubuh," ujar penjual batagor, Fian.
Pedagang yang sudah berjualan selama lima tahun di Jalan Gereja ini, siap jika ada pengawasan dari pihak sekolah atau pihak terkait lainnya. Sebab, secara tidak lansung, Fian merasa dirugikan dengan klaim Dinas Kesehatan yang menyatakan 90 persen jajanan tidak sehat.
"Pembeli kami tidak berkurang, dan buat apa kami tambahkan bahan berbahaya karena pembeli kami sama-sama manusia dan tidak hanya anak sekolah, karena kadang pengguna jalan sini juga sering mampir," tutur Fian.
Senada dengan Fian, penjual cimol yang sudah menetap selama 10 tahun di Jalan Gereja, Purwokerto Paryo menuturkan, bahan dagangan murni mengunakan bahan makanan.
Ia pun tidak mempermasalahkan jik ada pengawasan yang dilakukan dari phak sekolah. "Karena selama ini, anak-anak sekolah dilarang membeli jajanan di luar tapi tetap banyak yang beli jajan di luar pas pulang sekolah," kata Paryo.
Meskipun anak-anak dilarang untuk membeli jajan di luar sekolah, tetapi Paryo tidak gentar untuk berjualan di sekitar komplek sekolah di Jalan Gereja. pasalnya, ia yakin apa yang dijualnya memang tidak berbahaya.
Menurutnya, jika memang berbahaya, pasti sudah banyak yang sakit setelah mengkonsumsi cimol yang dijualnya. "Proses produksinya saya buat sendiri, jadi saya tahu bahan apa saja yang digunakan," tandasnya.
Sementara itu, di pihak orang tua, klaim DKK Banyumas soal jajanan berbahaya membuat orang tua waspada. Mereka berharap ada pengawasan dari pihak terkait untuk makanan atau jajanan anak-anak yang memang dinilai tidak layak dikonsumsi anak-anak.
Seperti disampaikan Rohati, salah satu walimurid SDN 1 Grendeng. Menurutnya memang seharusnya makanan atau minuman yang mengandung zat yang tidak sehat seharusnya tidak diberikan kepada anak. "Harusnya jangan diberikan makanan tidak sehat kepada anak. kasihan lah,"ujarnya kepada Radarmas.
Sebetulnya, mereka mengaku sudah mengetahui kalau makanan dengan pemanis buatan atau bahkan zat pengawet mengganggu kesehatan anak. Sehingga ia memantau makanan yang dikonsumsi anaknya di sekolah. Bahkan ia mengawai dan memantau dengan mendampingi anaknya ketika istirahat dan pulang sekolah.
"Jangankan anak-anak, orang dewasa pun kalau mengkonsumsi itu bisa sakit. Makanya saya selalu memantau anak saya setiap membeli jajanan ketika istirahat dan pulang sekolah," kata warga asal Grendeng ini.
Rohati pun sudah mengajarkan anaknya tidak membeli minuman di pinggir jalan. Bahkan, kata Rohati, dirumah pun anaknya tidak suka minuman manis seperti sirup.
Senada dengan Rohati, salah satu wali murid SD Negeri I Grendeng Inung juga mengaku kedua anaknya tidak suka membeli minuman di pinggir jalan. Menurut dia, kedua anaknya yang duduk di kelas satu dan tiga sekolah dasar lebih suka es krim. Hal ini, kata dia, setelah diberikan pengertian kepada anak-anaknya tentang bahaya jajanan pinggir jalan.
"Kedua anak saya tidak suka beli jajan di pinggir jalan. Mereka lebih suka es krim atau minuman kemasan. kebiasaan itu sudah saya ajarkan kepada anak saya," katanya.
Sementara saat ditanya pendapat mereka jika ada kantin sehat di sekolah, Rohati dan Inung mengaku mendukung. Keduanya memandang, dengan kantin sehat akan lebih memudahkan dan membuat perasaan orang tua lebih nyaman terkait jajanan anaknya di sekolah. Mereka sadar pengawasan di sekolah tidak bisa dilakukan setiap harinya.(rez/ely/acd)