Deflasi Purwokerto Tertinggi di Jateng

Jumat 02-09-2016,12:55 WIB

Agustus Capai 0,51 Persen PURWOKERTO- Agustus 2016, Kota Purwokerto mengalami deflasi 0,51 persen. Angka ini merupakan terbesar di Jawa Tengah dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 121,79. Diurutan kedua ditempati Kota Kudus sebesar 0,48 persen dengan IHK sebesar 129,65. Kasi Statistik Distribusi Badan Pusat Statisitik (BPS) Kabupaten Banyumas, Danisworo mengatakan, deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya indeks untuk beberapa kelompok pengeluaran. "Penurunan harga tersebut setelah Idul Fitri karena ada beberapa harga yang kembali ke harga normal," katanya pada acara Rilis inflasi Kota Purwokerto Agusuts 2016, Kamis (1/9). Danisworo menambahkan, lima komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap terjadinya deflasi dari sektor beras 0,15 persen, daging ayam ras 0,12 persen, angkutan antar kota 0,08, apel 0,06, dan tarif kereta api 0,05 persen. "Khusus harga rokok, tidak berpengaruh secara signifikan, sebab setiap bulan ada kenaikan harga secara bergantian dari rokok kretek, filter maupun putih dan diimbangi dengan kenaikan cukai setiap tahun," terangnya. Sementara itu, Badan Pusat Statistik Jawa Tengah menyatakan deflasi yang terjadi di Jawa Tengah mencapai 0,26 persen. Deflasi ini akibat dari penurunan harga pada kelompok bahan makanan. "Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 123,58," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jateng Jam Jam Zamachsyari di Semarang, Kamis. Berdasarkan data, terjadi penurunan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 0,93 persen. Beberapa komoditas pada kelompok makanan yang mengalami penurunan harga di antaranya daging ayam ras, gula pasir, dan wortel Selain kelompok makanan, yang juga mengalami penurunan indeks adalah kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 1,40 persen. Untuk kelompok transportasi ini ada penurunan tarif untuk angkutan antarkota dan tarif kereta api. Jam jam mengatakan, dengan terjadinya deflasi kali ini kondisi ekonomi Jawa Tengah lebih baik jika dibandingkan bulan Juli yang mengalami inflasi sebesar 1 persen dengan IHK sebesar 123,93. "Harapannya ke depan harga lebih terkendali sehingga tidak ada gejolak inflasi," katanya. Sementara itu, Menko Perekonomian Darmin Nasution menyebutkan, besaran deflasi Agustus 2016 secara nasional sebesar 0,02 persen akibat usaha pemerintah dalam mengendalikan harga pangan dari sebelum lebaran. Dirinya juga menyebutkan, terjadinya deflasi sebesar 0,02 persen bukan karena daya beli masyarakat yang rendah. Terjadinya deflasi di bulan Agustus karena turunnya beberapa harga pangan pasca lebaran. "Jadi intinya adalah itu bagus. Jangan dibilang permintaan turun, ya nggak. Sehingga memang kalau beras kan relatif lebih stabil harganya kemudian tadinya bawang naik, sekarang sudah mulai turun," kata Darmin di Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Kamis (1/9). (ely/acd)

Tags :
Kategori :

Terkait