Akses dan Lalu Lintas Hambat Investasi, Purwokerto Butuh Rekayasa Lalu Lintas

Jumat 05-08-2016,08:01 WIB

PURWOKERTO - Purwokerto boleh berharap banyak investor masuk. Namun masih ada yang membuat Purwokerto menjadi kurang sedap di mata pengusaha dan investor. Yakni masalah lalu lintas dan juga akses menuju Purwokerto. Pengusaha Hotel di Purwokerto, Yuda Wijaya menilai permasalahan lalu lintas di Purwokerto dan Banyumas secara umum, masih menjadi salah satu kendala atau penghambat tingkat kunjungan ke Purwokerto. Selain pembenahan infrastruktur, dibutuhkan juga pembenahan rekayasa lalu lintas. Selama ini, lalu lintas Purwokerto terlihat semrawut dan padat. Sehingga pemberlakuan jalan satu arah, khususnya di jalan-jalan kecil bisa menjadi salah satu hal yang dapat menunjang kelancaran lalu lintas. "Kaya di Yogyakarta. Lalu lintasnya kan dibuat satu arah. Seperti Jalan Masjid, Jalan Bank, hingga jalan-jalan lainnya. Sehingga arus kendaraan yang tadinya padat, bisa lebih lengang," ujarnya. Selain rekaysa lalu lintas, pemerintah seharusnya menindak tegas pelanggaran-pelanggaran parkir yang terjadi hampir setiap hari. "Pelanggaran parkir juga jadi penghambat arus lalu lintas. Apalagi parkir di bahu atau badan jalan. Harusnya ada sanksi. Namun sampai sekarang seolah-olah dibiarkan saja," katanya. Menurutnya, dengan menciptakan iklim lalu lintas yang baik, ke depannya dapat lebih menarik masyarakat untuk datang ke Purwokerto. Nanti tidak hanya bisnis di sektor wisata saja yang bakal berkembang, melainkan dapat berkembang ke sektor usaha lain seperti kuliner, transportasi, dan lainnya. "Pihak terkait juga perlu melakukan kajian soal lampu hijau pada traffic light. Jadi untuk jalan yang ramai, jeda lampu hijaunya diharapkan bisa lebih lama, sehingga arus lalu lintas juga tetap lancar," jelasnya. Selain masalah lalu lintas, pengembangan wilayah Purwokerto juga perlu didukung akses yang memadai. Menurut Yuda, sampai saat ini transportasi angkutan umum dengan tujuan Purwokerto masih terbilang minim. Hal itu menjadi salah satu kendala yang kerap dihadapi investor dari luar daerah. Dia mencontohkan untuk angkutan seperti kereta api, saat ini belum ada rangkaian atau jadwal KA pada siang hari. Padahal hal itu sangat dibutuhkan. "Kalau dari luar pulau misalnya, kita kan ke Jakarta dulu dengan pesawat. Biasanya sampai sana pagi, tapi tidak ada kereta yang berangkat siang dari sana, jadi harus menunggu sampai keberangkatan KA yang lewat Purwokerto sekitar sore hari atau malam hari," jelasnya. Tidak hanya itu, tidak adanya KA khusus yang melayani perjalanan Purwokerto-Jakarta atau sebaliknya secara langsung juga perlu dipertimbangkan. "Kebanyakan KA yang lewat Purwokerto jurusannya ke Kutoarjo atau daerah lain di Jawa Timur. Jadi jadwalnya hanya mengikuti saja," imbuhnya. Dari segi waktu tempuh, Yuda menegaskan waktu tempuh Jakarta-Purwokerto jauh lebih lama dibandingkan waktu tempuh perjalanan Jakarta-Yogyakarta. Padahal secara geografis lebih dekat Purwokerto dibanding Yogyakarta jika diukur dari Jakarta. "Sekarang Jakarta-Yogyakarta hanya 5 jam. Bandingkan dengan Jakarta-Purwokerto yang waktu tempuhnya antara 8-10 jam jika kondisi normal," tegasnya. Namun Yuda bersyukur dengan adanya rencana pembangunan Bandara Wirasaba. Menurutnya, realisasi Bandara Wirasaba di Purbalingga, bisa dijadikan alternatif transportasi yang bisa dimanfaatkan para investor untuk menanamkan investasinya di wilayah Banyumas. "Meksi lokasinya di Purbalingga, tapi manfaat untuk Banyumas dipastikan akan sangat besar," pungkasnya. Sementara itu, belum lama ini Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dinhubkominfo) Banyumas menilai pembatasan jam melintas lebih efektif, terutama untuk mengurai kepadatan lalu lintas di Purwokerto pada jam sibuk. "Ramainya kan hanya pada jam-jam tertentu saja, jadi cukup dengan pembatasan jam melintas saja, sebenaranya sudah efektif," kata Kepala Dinhubkominfo Banyumas, Santosa Eddy Prabowo. Menurutnya, beberapa ruas jalan yang ada di Purwokerto saat ini sudah diterapkan aturan jam melintas, seperti di ruas Jalan Jenderal Suprapto, ruas Jalan Gereja, ruas Jalan Ragasemangsang hingga ruas Jalan Gatot Subroto Barat. Eddy menambahkan, sampai saat ini beberapa jalan yang diberlakukan sistim jam melintas sudah cukup berjalan lancar. Namun demikian, pengawasan dan kesadaran masyarakat juga perlu ditingkatkan. "Seperti di Jalan Gereja, itu baru sekitar tahun lalu diterapkan batasan jam melintas. Dan sampai sekarang cukup lancar, terutama pada pagi hari," ujarnya. Pertimbangan lain, Eddy menjelaskan untuk jalan searah, terutama di wilayah perkotaan dinilai cukup berisiko. Pasalnya, laju kendaraan pada jalan searah kerap menggunakan kecepatan tinggi. "Nanti takutnya kendaraannya malah pada ngebut, apalagi kendaraan roda dua," jelasnya.(bay/acd)

Tags :
Kategori :

Terkait