KARYA SENI : Joni Teguh Supriono yang dikenal Jonte sedang membuat sketsa wajah pengunjung Maskemambang. (LAILY MEDIA/RADARMAS)
BANYAK cara bisa dilakukan untuk menuangkan atau meluapkan unek-unek. Salah satunya melalui lukisan. Seperti yang dilakukan Joni Teguh Supriono alias Jonte. Dan hasil karya lukisannya bisa dibilang beda dengan yang lain.
LAILY MEDIA Y, Purwokerto
SENYUM sering bertengger di bibir Jonte saat dijumpai Radarmas, selama melukis sketsa wajah. Itulah yang dijadikan mata pencaharian Jonte untuk menghidupi keluarganya, selain profesinya sebagai guru di SMPN 2 Baturraden.
Jonte mengakui, menggemari seni lukis sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD). Dia dipercaya untuk mengikuti lomba menggambar saat itu.
"Mungkin keturunan seni saya dari ibu dan paman yang berkecimpung dalam wayang orang," ujarnya.
Sampai masuk SMP dan SMA, kemahiran Jonte melukis semakin terlihat. Tangannya seakan tidak bisa diam untuk menggambar objek di depannya. Sampai akhirnya dia melanjutkan kuliah di IKIP Yogyakarta jurusan Seni Rupa.
Jonte mengatakan, untuk menyambung hidup selama kuliah di Yogyakarta, dia bekerja melukis poster dan spanduk. Selain itu juga menggambar kartu ucapan lebaran di Malioboro.
"Bisanya gambar, ya saya kerja ikut orang yang berhubungan dengan menggambar," katanya.
Setelah lulus kuliah, Jonte memilih mengabdi menjadi pengajar. Pada 1988, dia mengajar di SMAN 1 Purwokerto. Lalu pada 1995, pria asli Purwokerto ini mengajar di dua tempat. Mengajar juga di SMPN 2 Baturraden.
https://radarbanyumas.co.id/pernah-melukis-wajah-bupati-purbalingga/
Dikarenakan merasa lelah mengajar di dua tempat, Jonte pun memilih mengajar di SMPN 2 Baturraden sampai sekarang. Di SMAN 1 Purwokerto hanya sampai 2001.
KARYA SENI : Joni Teguh Supriono yang dikenal Jonte sedang membuat sketsa wajah pengunjung Maskemambang. (LAILY MEDIA/RADARMAS)
"Pas itu sempat ditahan agar tidak keluar dari SMAN 1 Purwokerto, karena guru kesenian sangat susah dicari," ujarnya.
Dalam menuangkan karyanya pada lukisan, Jonte memiliki ciri khas sendiri. Dalam lukisan yang dibuatnya, tersirat pesan atau nasihat yang disampaikan.
Seperti karya lukis yang pernah dibuatnya yaitu nasihat untuk dua organisasi yang kerap bertengkar. Dalam lukisannya, oraganisasi tersebut digambarkan seekor ular yang sedang melilit sesuatu.
Makna yang tersirat dari lukisan itu, bahwa ular yang melilit harus diurai agar masalah penyebab pertengkaran, bisa diatasi.
Selain itu, ada juga lukisan karyanya tentang perjuangan guru. Di mana dilukis anak bermain handphone saat teman-teman lainnya mendengarkan pelajaran dari guru.
"Pesan moralnya, guru dan orang tua harus memantau anak dalam menggunakan handphone, sesuai waktu yang ditentukan," paparnya.
Dia menuturkan, lukisan yang berbeda dari lainnya, kurang menarik bagi warga Banyumas. Di sini, lukisan yang banyak disukai yang natural, seperti alam, binatang, dan sebagainya.
KARYA SENI : Joni Teguh Supriono yang dikenal Jonte sedang membuat sketsa wajah pengunjung Maskemambang. (LAILY MEDIA/RADARMAS)
Meskipun begitu, Jonte tidak patah arang mengenalkan lukisan-lukisannya, beserta lukisan dari anggota Ikatan Pelukis Banyumas (IPB) lainnya.
Dipamerkan di Maskemambang, terbuka untuk umum. Baginya terpenting masyarakat bisa mengapresiasi dan menghargai karya seni.
Selain itu, Jonte juga membuat sketsa wajah dengan dibayar seikhlasnya. Dia menuturkan, di Purwokerto, baru dia yang melayani gambar sketsa wajah.
Dengan keahlian yang dimiliki, keluwesan tangannya mampu menggambar sketsa wajah hanya dalam waktu tujuh menit.
"Cuma pakai ballpoint dan cat air padat," tutur salah satu pengurus IPB ini.
Jonte pun baru menyadari memiliki keahlian melukis sketsa wajah pada dua tahun lalu. Menurutnya, perlu ada upgrade dalam dunia seni, dan mau belajar hal-hal baru sesuai perkembangan jaman. (*)