Suasana rumah duka Dusun Keti, Desa Dayu, Karangpandan, Karanganyar. (RUDI H/RADAR SOLO)
KARANGANYAR – Suasana duka menyelimuti rumah pasangan Sunardi, 55, dan istrinya, Endang Budiastuti, 53, di Dusun Keti, Desa Dayu, Karangpandan, Karanganyar, Senin (25/10) pagi.
Putra pertamanya, Gilang Endi Saputra, 21, Senin (25/10) dini hari, diketahui meninggal dunia saat mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) Resimen Mahasiswa (Menwa) yang digelar Universitas Sebelas Maret (UNS).
Pantauan Jawa Pos Radar Solo di rumah duka Dusun Keti, beberapa warga terlihat datang silih berganti. Bahkan beberapa aparat dari jajaran Koramil Karangapandan juga masih berada di lokasi lantaran orang tua Gilang merupakan pensiunan TNI.
Sutarno, salah kerabat keluarga korban mengatakan, keluarga mendapatkan kabar kali pertama sekitar pukul 02.00 WIB. Saat itu, ada dua orang temen Gilang yang datang ke rumah.
https://radarbanyumas.co.id/wakil-rektor-uns-benarkan-ada-mahasiswa-yang-meninggal-saat-diklat-menwa/
Dua orang mahasiswa UNS itu meminta agar kedua orang tua Gilang datang ke RSUD dr Moewardi Solo, lantaran anaknya sedang di rawat disana. Namun, saat ditanya kenapa anaknya dirawat di rumah sakit, kedua mahasiswa tersebut tidak mengaku. Mereka justru mengalihkan pembicaraan menanyakan buah durian yang tertanam di depan rumah orang tua korban.
Merasa curiga, kemudian sekitar pukul 03.00 WIB, orang tua korban datang ke RSUD dr Moewardi, dan mendapati anak mereka sudah dalam keadaan meninggal dunia.
“Saat sampai di rumah sakit itu, Mas Nardi dan Mbak Endang (orang tua korban, Red) sudah mendapati Gilang meninggal dunia. Karena tidak tega dan tidak mau berlama – lama di rumah sakit, korban selanjutnya diminta oleh orangtuanya untuk diantar ke rumah duka. Sekitar pukul 06.00 WIB, jenazah baru sampai rumah,” terang Sunarto.
Lantaran merasa curiga dengan kematian Gilang, setelah jenazah tiba di rumah duka, keluarga nekat membuka kain jarik yang digunakan pihak rumah sakit untuk menutup korban.
Keluarga terkejut saat melihat jenazah korban. Sebab di bagian muka korban mengalami luka lebam yang tidak wajar. Kemudian bagian tengkuk belakang juga luka.
“Kenapa tidak diotopsi di rumah sakit, itu karena keluarga korban tidak tega. Terus di rumah baru dibuka tadi pagi. Karena lukanya tidak wajar, kemudian keluarga melaporkan kejadian tersebut ke polsek setempat. Dan akhirnya pihak kepolisian kembali melakukan visum luar,” terang Sutarno. (rud/ria)