NPC Berkilah, Kemenpora Typo

Jumat 28-12-2018,15:17 WIB

Polemik Bonus Pelatih Para-cycling JAKARTA – Polemik bonus pelatih para-cycling Asian Para Games (APG) 2018 semakin sulit diurai. Terjadi saling lempar tanggung jawab antara Kemenpora dan National Paralympic Committee (NPC) Indonesia selaku payung organisasi olahraga paralimpik. Kemenpora, dalam soal pembagian bonus atlet dan pelatih yang berjasa di APG 2018, hanya bertindak sebagai kasir. Sementara itu, yang mengusulkan nominal masing-masing adalah NPC. Nah, di sinilah muncul kejanggalan pada Puspita Mustika Adya. Dia hanya mendapatkan bonus Rp 137,5 juta. Padahal, tim balap sepeda memborong total 1 emas, 8 perak, dan 8 perunggu. Namun, dia dianggap hanya berkontribusi pada perolehan dua medali perunggu. Tepatnya dari nomor men’s team sprint C1-5 dan men’s road race C5. Dalam SK penetapan bonus bernomor 10.31.20/418139/X/2018, Puspita mendapatkan bonus terkecil ketimbang dua pelatih lainnya. Yakni, Rizan Setyo Nugroho dan Erik Suprianto. Rizan tercatat mendapatkan bonus Rp 975 juta. Erik mengantongi Rp 375 juta. Terang saja, Puspita kecewa. Dia merasa kontribusinya lebih dari dua perunggu. ”Setiap saya tanda tangan beberapa berkas pengajuan alat pelatnas juga tercatat sebagai pelatih kepala,’’ ujar mantan sprinter nasional itu kemarin. Bintang para-cyling Indonesia, M. Fadli Immamuddin, membenarkan bahwa kontribusi Puspita di tim para-cycling Indonesia cukup besar. Dia menyiapkan program bagi para pembalap Indonesia di APG 2018. Bukan hanya buat dua pembalap team sprint dan road race. Melainkan semua pembalap. Termasuk dirinya yang akhirnya meraih emas. Selama pelaksanaan training center di Solo, tidak ada pelatih yang menangani setiap personal secara intens. Karena itu, tidak tepat jika Puspita dianggap hanya berkontribusi pada perolehan dua perunggu. ”Semuanya sama penanganannya. Hanya program yang berbeda. Antara track, endurance, dan sprint,” papar Fadli. Rima Ferdianto, koordinator pelatih seluruh cabor APG 2018, membenarkan bahwa usulan besaran bonus pelatih APG ditentukan oleh NPC. Dalam kasus yang dialami Puspita, dia menyebut hal itu disebabkan Puspita memang bukan pelatih kepala. ”Bukan Pak Puspita (pelatih kepalanya), tetapi Rizan. Karena dia yang dibiayai NPC ikut sertifikasi internasional IPC dan lulus,” katanya beralasan. Jika memang demikian, tetap ada yang mengganjal dari nominal bonus yang diterima Puspita. Sebab, setelah penyerahan secara simbolis di Solo pekan lalu (20/12), website Kemenpora menuliskan nominal yang berbeda. Jauh lebih besar. Yakni, sampai Rp 675 juta. Apa yang terjadi? Typo! Redaksi website Kemenpora mengaku salah mengetik jumlah tersebut dalam pemberitaan. Tadi malam mereka mengoreksi kesalahan itu. Yakni, menjadi Rp 137,5 juta. ”Pegangan kami ya di SK ini. Kalau di pemberitaan bukan tanggung jawab saya,” ujar Raden Isnanta, deputi III bidang pembudayaan olahraga Kemenpora. Bonus atlet dan pelatih di Asian Games dan Asian Para Games memang sepenuhnya menggunakan pos anggaran Deputi III Kemenpora yang dikomandoi Raden. Tidak mengherankan, polemik pencairan bonus itu menjadi perhatian banyak pihak. Termasuk Emerson Yuntho, peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW). ”Bonus ini kan pakai anggaran negara. Jumlahnya juga fantastis. Layak untuk diawasi bersama. KPK juga harus memberikan perhatian,” ucap Emerson. (nap/c6/na)

Tags :
Kategori :

Terkait