Tanpa Target Emas, Atletik Tetap All Out

Senin 30-07-2018,10:01 WIB

Menanti Zohri Effect Atletik menjadi cabor yang memperebutkan medali berlimpah di ajang Asian Games 2018 kali ini. Di nomor-nomor track, Indonesia berharap ada kelanjutan prestasi yang dicapai Lalu Muhammad Zohri di Kejuaraan Dunia U-20 2018 lalu. DALAM sejarah atletik Indonesia, untuk kali pertama jejak kaki pelari Indonesia menapak di podium tingkat dunia. Lalu Muhammad Zohri, pelari 18 tahun asal Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, memastikan diri sebagai juara nomor 100 meter di Kejuaraan Dunia Atletik U-20 2018 di Tampere, Finlandia, 11 Juli lalu. Catatan waktunya impresif, Yakni 10,18 detik. Sebelumnya, pelari binaan PPLP NTB tersebut juga menjadi kampiun di Kejuaraan Atletik Asia U-20 di Gifu Nagaragawa, Jepang. Rentetan prestasi tersebut menyiratkan bahwa Zohri adalah aset istimewa Merah Putih. Namun, apakah bisa dibebani target medali? ''Tidak. Kami dari tim pelatih tidak memberikan target apa pun buat dia,'' ucap Eni Nuraini, pelatih kepala nomor sprint pelatnas. Alasannya jelas. Dari pengalaman dan kamampuan, Zohri masih butuh banyak belajar. Apalagi, Asian Games 2018 ini merupakan multievent pertama dia di level senior. ''Bisa mempertahankan catatan waktu di Kejuaraan Dunia junior U-20 saja sudah bagus,'' tambah Eny saat dikonfirmasi Jawa Po Untuk level Asian Games, catatan waktu 10,18 detik milik Zohri belum ideal. Sebab, para sprinter top Asia sudah menembus waktu 10 detik kecil. Femi Ogunode, peraih emas pada Asian Games Incheon empat tahun lalu masih menjadi pelari terkuat. Bintang Qatar yang merupakan atlet naturalisasi dari Nigeria itu punya best time 9.91 detik! Catatan itu diraihnya saat berlaga di Kejuaraan Asia 2015. Saat ini, memang kecepatan Ogunode tak sebagus dulu. Namun masih tetap kompetitif. Dalam sebuah kejuaraan di Doha, April 2017 silam, dia masih membukukan catatan waktu 10,13 detik. Sedangkan di Kejuaraan Asia 2017, catatan Ogunode turun lagi menjadi 10,26 detik. Dia meraih perak. Peraih emas di kejuaraan tersebut, Hassan Taftian dari Iran, membukukan 10,25 detik. Dari catatan waktu, di atas kertas Zohri lebih baik. Namun, bisa jadi Kejuaraan Asia memang bukan peak performance mereka. Selain nomor elite 100 meter putra, Indonesia juga berpotensi bersaing di nomor estafet 4x100 meter putra. Zohri bergabung dengan empat sprinter lain. Yakni Bayu Kartanegara, Eko Rimbawan dan dua pelari senior Fadlin serta Yaspi Boby. Eni masih bongkar pasang formasi untuk menentukan komposisi skuad estafet terbaik. Karena belum fixed, catatan waktu mereka belum maksimal. Pada time trial Jumat lalu, (27/7) mereka mengemas 39,54 detik. Zohri pun belum puas dengan hasil itu. ''Saya masih harus perbaiki teknik dan waktu juga. Kalau bisa ke depannya di angka 38 detik,'' jelas kelas siswa XII SMA Ragunan tersebut. Di sisa waktu yang ada, pelatnas atletik bakal menggelar time trial sekali lagi. Sementara itu, Sekjen PB PASI Tigor Tanjung menjelaskan, prestasi Zohri membawa dampak positif bagi atlet pelatnas lainnya. ''Saya lihat bagus dampaknya. Apalagi bonus juga mengalir dari banyak pihak, teman-temannya jadi termotivasi,'' kata Tigor. ''Kami berharap (prestasi itu) bisa berlanjut di Asian Games,” ujarnya. Masih ada dua nomor lain yang menjadi harapan pendulang medali bagi Indonesia. Yakni 3000 meter steeplechase (halang rintang) putra via Atjong Tio Purwanto dan 100 meter hurdle (lari gawang) putri dari Emilia Nova. Keduanya menjadi tulang punggung Indonesia di SEA Games 2017 silam. Atjong menyatakan kesempatan dia meraih gelar di Asian Games memang berat. Tetapi Atjong punya banyak motivasi untuk bisa menciptakan waktu terbaik. ''Minimal bisa memecahkan rekor nasional,'' jelas Atjong. (nap/feb/na)

Tags :
Kategori :

Terkait