BANJARNEGARA - Banyak cara yang dilakukan sekolah dalam memberikan wadah bagi anak didiknya untuk mengembangkan bakat, sekaligus mengenalkan seni budaya.
Salah satunya yang dilakukan SMAN 1 Wanadadi dengan membuka ekstrakurikuler karawitan. Salah satu siswa SMAN 1 Wanadadi, Dewi Elistiana, mengaku baru menekuni alat musik khas Jawa ini sekitar dua minggu lalu.
Meksi sulit, namun dengan niat belajar yang sungguh-sungguh, saat ini dirinya sudah bisa memainkan beberapa lagu.
“Tidak ada cara khusus, yang terpenting niat. Selain itu saya juga suka belajar musik,” ujar siswa kelas X itu.
Dengan adanya ekstrakurikuler karawitan di sekolahannya, Dewi berharap agar ke depan dirinya bisa lebih menguasai salah satu warisan budaya leluhurnya tersebut.
Dalam karawitan, dia memainkan alat musik peking. “Kalau sudah bisa satu lagu rasanya senang,” ujarnya. Pembina ekstrakurikuler karawitan di SMA 1 Wanadadi, Ciptono mengatakan, kegiatan ini terus dilakukan untuk menghidupkan kembali budaya Jawa.
Sebab selama ini pada generasi muda khususnya sudah tidak tertarik lagi dengan karawitan. “Pengenalan akan seni budaya sendiri memang harus sejak dini. Tapi kami bersyukur setelah dibukanya ekstrakurikuler ini antusias siswa cukup banyak,” ujarnya.
Namun dia mengakui, untuk mendidik siswa memainkan karawitan tidak lah mudah. Sebab sebagian besar siswa harus mengajari dari nol.
Bahkan beberapa di antaranya tidak mengetahui nama-nama alat yang ada di gamelan itu. “Nada-nada yang diajarkan kepada siswa tentu tidak menghilangkan ciri dari budaya Banyumas itu sendiri,” tambah dia.
Kepala SMAN 1 Wanadadi, Drs A Junaidi Abdullah MM menambahkan, pengenalan seni budaya leluhur terhadap siswa harus dilakukan.
Sebab menurut dia, berbagai budaya asing saat saat ini sangat deras kepada generasi muda. “Siswa harus tahu soal karawitan, tetapi bukan berarti menolak seni modern. Harus ada keseimbangan,” kata dia. (uje/din)