Ternyata Ini Salah Satu Penyebab yang Mempengaruhi Inflasi di Cilacap

Senin 04-07-2022,15:03 WIB

TUNGGU PEMBELI : Seorang pedagang bumbu dapur di Pasar Tradisional Cilacap sedang memilah cabai, Minggu (3/7). (RAYKA/RADARMAS) CILACAP - Meski sudah memasuki musim kemarau, nyatanya sepanjang bulan Juni 2022 masih terdapat hujan dengan intensitas tinggi, bahkan menyebabkan bencana banjir hingga tanah longsor di Kabupaten Cilacap. Ternyata, fenomena tersebut juga berpengaruh terhadap inflansi di Cilacap. Dimana akibat cuaca buruk, sejumlah komoditas pertanian seperti cabai dan bawang merah mengalami kenaikan harga yang signifikan. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, Rony Hartawan menjelaskan, komoditas yang menjadi penyumbang inflasi tertinggi adalah cabai merah (0,20 persen), cabai rawit (0,18 persen), bawang merah (0,17 persen), telur ayam ras (0,05 persen), dan air kemasan (0,04 persen). "Faktor curah hujan yang tinggi turut mendorong peningkatan hama dan penyakit tanaman, sehingga memengaruhi tingkat produksi pada bawang merah. Kemudian akibat cuaca buruk komoditas seperti cabai ini harganya naik dan pasokan menurun," kata Rony, Minggu (3/7). Selain itu, di samping curah hujan yang tinggi, kenaikan harga juga merupakan imbas dari penurunan luas tanam pada bulan Maret 2022. Bahkan peningkatan harga pupuk dan obat-obatan juga turut mendorong peningkatan biaya produksi. "Beberapa komoditas yang mencatatkan koreksi harga di antaranya daging ayam ras, angkutan antar kota, minyak goreng, bawang putih, dan kacang," katanya. Ia mengatakan inflasi di Cilacap secara tahun kalender tercatat sebesar 5,00 persen (ytd), sedangkan secara tahunan dilaporkan sebesar 6,47 persen (yoy) pada posisi Juni 2022. "Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata historis inflasi di Cilacap pada Juni tahun 2019 sampai dengan 2021 yang sebesar 1,46 persen (yoy)," kata Rony. https://radarbanyumas.co.id/minyak-goreng-kembali-picu-inflasi-di-cilacap/ Untuk itu, pihaknya telah melakukan beberapa upaya pengendalian inflasi secara sinergis. Seperti melalui pelaksanaan rapat koordinasi TPID untuk memastikan ketersediaan pasokan. "Apalagi saat ini, tengah terjadi wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), jadi untuk komoditas sapi kami lakukan pemantauan beserta upaya penanganannya melalui vaksinasi sapi, monitoring harga secara rutin serta koordinasi penguatan kerjasama antar daerah," (ray)

Tags :
Kategori :

Terkait