Heboh Buaya, Nelayan Donan Tidak Berani Melaut

Selasa 14-05-2019,16:30 WIB

PENCARIAN : Tim gabungan Polair, MPP Nusakambangan Timur dan BKSDA melakukan pencarian buaya di sekitar perairan Nusakambangan, Senin (13/5). ISTIMEWA CILACAP - Kabar kemunculan buaya muara yang berkeliaran di perairan Cilacap membuat sejumlah nelayan di Cilacap tidak berani melaut. Mereka mengaku resah dan kawatir akan terjadi sesuatu hal apabila nekat melaut. "Resah itu pasti. Bahkan untuk sejumlah nelayan di wilayah Donan, Tambakreja, dan Kutawaru lebih memilih libur," ungkap Ketua Masyarakat Mitra Polisi Kehutanan (MMP) Nusakambangan Timur, Tarmuji saat melakukan pencarian buaya di sekitar perairan Nusakambangan, Senin (13/5). Operasi gabungan yang melibatkan sejumlah pihak dari Satuan Polisi Air (Polair), MPP Nusakambangan Timur dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah Seksi Konservasi II, belum menemukan buaya muara tersebut. "Operasi hari ini masih nihil," ujar Tarmuji. Tim gabungan menelusuri sejumlah tempat, yang menurut salah satu saksi yang melihat dan memvideo buaya diduga menjadi tempat persembunyian buaya. "Kami menelusuri sejumlah tempat, yang diberi petunjuk dari saksi seorang karyawan eks Holcim yang telah melihat langsung buaya tersebut," jelasnya. Pihaknya terus berkoordinasi dengan sejumlah pihak, baik dari PT Solusi Bangun Indonesia Tbk, nelayan dan masyarakat sekitar untuk memberikan temuan informasi terkait buaya muara yang masuk perairan Cilacap itu. Dia membantah, kalau buaya muara yang berkeliaran ini adalah buaya tangkaran di Kampung Laut yang lepas. "Di Kampung Laut tidak ada tangkaran buaya," jelasnya. Hari ini, MPP akan kembali melakukan patroli mencari keberadaan buaya muara ini. Kepala BKSDA Jateng Seksi Wilayah II, Edi Suryo mengatakan, setelah mendapatkan laporan dari masyarakat, Sabtu (11/5), pihaknya langsung berkoordinasi dengan sejumlah pihak. Terutama untuk di wilayah segara anakan, Donan, dan sekitar Dermaga PT Solusi Bangun Indonesia, di mana buaya itu muncul. "Kita punya fungsi untuk penyelamatan. Karena buaya tersebut adalah satwa liar yang dilindungi undang-undang," ujar dia. Karena satwa dilindungi, BKSDA akan terus memonitor pergerakan dari buaya tersebut. Dia menghimbau kepada masyarakat, karena buaya ini satwa liar yang dilindungi, apabila ada warga yang melihat untuk segera melaporkan. "Jangan diburu, atau dibunuh tentunya. Kami harap nelayan yang beraktivitas di daerah ini untuk tetap waspada," tandasnya. Buaya berukuran sedang, juga pernah membuat geger warga Desa Pahonjean Kecamatan Majenang. Buaya ini muncul saat Sungai Cikawung, salah satu anak Sungai Citanduy meluap 2010 lalu. "Dulu pernah geger ada buaya ke darat saat banjir bandang," kata Susilo, warga Desa Pahonjean, Senin (13/5). Dari cerita yang dia dengar menyebutkan, buaya ini terdampar di halaman rumah warga yang tergenang. Pemilik rumah sempat kaget mengetahui adanya buaya, saat dirinya akan mengambil barang berharga. Buaya ini tidak bergerak sama sekali. Kabar ini langsung tersebar diantara para pengungsi banjir. Mereka lalu berupaya mencarinya meski gagal menemukannya. "Waktu orang-orang pada ke sana, buaya sudah hilang," kata dia. Informsi serupa diungkapkan oleh Soleh. Warga Desa Pahonjean ini ingat kabar buaya masuk desa mengundang perhatian luas. Bahkan salah satu televisi menerjunkan kru untuk mencari kepastian dan keberadaan buaya itu di Sungai Cikawung. (nas/har/din)

Tags :
Kategori :

Terkait