Dampak Kekeringan Kian Meluas Hingga Kecamatan Patimuan

Rabu 13-06-2018,14:00 WIB

PATIMUAN - Kekeringan yang sudah melanda Kecamatan Kawunganten dan Bantarsari, diprediksi akan meluas. Saat ini sejumlah sumur warga di daerah lain mulai mengering. Salah satu daerah yang terancam adalah Desa Patimuan Kecamatan Patimuan. Di sana sudah ada sebagian warga yang harus berjalan kaki sejauh 2 kilometer untuk mendapatkan air bersih. Mereka tinggal di Dusun Langensari dan Kalen Pring. "Sumur warga sudah mulai kering," ujar Kepala Desa Patimuan, Icuk Sudaryanto, Selasa (12/6) kemarin. DROPING AIR : Petugas BPBD Kabupaten Cilacap mengirim bantuan air bersih ke sejumlah desa yang mulai terdampak kekeringan dan krisis air bersih.HARYADI/RADARMAS Selain mengering, sisa air yang ada di sumur warga juga mulai berubah warna. Dari semula jernih menjadi keruh, seperti tercampur dengan lumpur. Air seperti ini sudah tidak layak dikonsumsi. "Air sudah berubah warna menjadi keruh," kata dia. Di Dusun Langensari, kekeringan terjadi di 4 RT. Jumlah keluarga yang terancam kesulitan air bersih sekitar 350. Sedangkan di Dusun Kulon Pring, 100 keluarga juga mengalami ancaman serupa dan berada di 2 RT berbeda. "Jadi ada sekitar tiga ratus lima puluh keluarga yang terancam kekeringan," kata Icuk. Dia mengakui, kedua dusun ini memang langganan terkena kekeringan tiap musim kemarau. Warga sudah membuat penampungan air hujan. Air ini kemudian menjadi "tabungan" dan bisa diambil saat kemarau tiba. Namun lokasinya tergolong jauh dan menyulitkan warga. Karena itu dia berencana untuk mengajukan bantuan air bersih ke pemerintah. "Akan saya ajukan permintaan bantuan air bersih," tandasnya. Sementara itu, pasokan air bersih bagi warga Kecamatan Kawunganten terus dilakukan. Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap kembali mengirimkan air bersih bagi warga Desa Sidaurip. Air sebanyak 5 ribu liter dilangsung diserbu warga yang sudah menunggu kedatangan petugas. Pengiriman air bersih ini dipusatkan di RT 03 RW 03 dan diserap oleh 42 keluarga. Sementara sehari sebelumnya, Senin (11/6) warga Dusun Binangun Baru Desa Binangun Kecamatan Bantarsari kembali mendapa droping air bersih. Sementara itu, suplai air bersih bagi wilayah-wilayah yang terdampak kekeringan di Cilacap secara kuantitas dipastikan menurun. Dengan anggaran yang relatif sama, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap tahun ini harus membeli air bersih dengan harga yang lebih mahal. Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap, Kodirin mengatakan, Pemkab Cilacap mengalokasikan anggaran Rp 60 juta untuk bantuan air bersih kepada masyarakat yang terdampak kekeringan. "Karena kenaikan harga, total jumlah tangki yang bisa disalurkan belum bisa ditentukan. Jelas menurun," ujarnya ketika ditemui Radarmas. Dia menjelaskan, harga untuk setiap wilayah berbeda-beda untuk tangki dengan kapasitas 5000 liter. Yang termahal untuk Kecamatan Dayeuluhur Rp 803 ribu per tangki. Sementara untuk Majenang, Cimanggu Wanareja dan Karangpucung lebih murah Rp 688 ribu per tangki. Bergeser ke wilayah Kawunganten dan Bantarsari turun lagi menjadi Rp 523 ribu. "Paling murah di Kota Cilacap Rp 233 ribu," jelasnya. Pihaknya baru mengetahui adanya kenaikan harga air setelah membuat rencana anggaran. Kenaikan yang terjadi mencapai tiga kali lipat. Meskipun demikian pihaknya menjamin seluruh wilayah terdampak kekeringan yang meminta bantuan air bersih semua terlayani. "Sumber anggaran bisa dari Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan," ungkap Kodirin. Menurutnya, tahun ini daerah-daerah yang terancam terkena dampak kekeringan paling parah yaitu Kecamatan Patimuan, Kawunganten, Gandrungmangu dan Kedungreja. Kecamatan-kecamatan yang sudah dikirim air bersih meliputi Bantarsari dan Kawunganten. "Mulai aktif dropping sejak minggu lalu dengan tangki 2 unit kapasitas 5000 liter dan 1 tangki darurat 4000 liter," pungkasnya. (har/yda/din)

Tags :
Kategori :

Terkait