Terbongkarnya usaha Karsam (42), warga Desa Jepara Wetan, Kecamatan Binangun, pemilik tempat karaoke, yang mempekerjakan Pemandu Lagu (PL) dibawah umur ibarat fenomena gunung es. Pantauan Radar Banyumas, dimana ada tempat hiburan karaoke, maka banyak ditemui pemandu lagu (PL) yang masih berusia sangat muda.
BAU KENCUR : Para PL yang masih berusia dibawah umur saat diperiksa di Mapolsek Binangun. (DARYANTO/RADAR BANYUMAS)
Bahkan, dari sejumlah temuan, banyak siswa SMP dan SMA yang rupa rupanya “nyambi” menjadi PL. Bahkan, PL hanya modus untuk kemudian mereka menjerat tamunya dengan pelayanan yang lebih lagi.
Salah satu PL, Purnama (bukan nama sebenarnya, red) banyak bercerita banyak ke Radar Banyumas mengapa dia mau menjadi PL. Tawaran fasilitas yang menggiurkan, diakuinya menjadi satu hal yang membuat dia terhipnotis hingga akhirnya mengiyakan kerja "nyambi" menjadi PL.
"Tawaran datang dari “mami-mami”. Ya, adalah jaringannya. Terselubung. Memang mami itu menawarkan kebutuhan remaja yang ngetren. Seperti handphone bagus, pulsa tak pernah habis, uang saku harian," kata Purnama.
"Jadi tidak pernah mengalami kekurangan, komunikasi lancar uang jajan pun melimpah," tambah dia.
Selama dia menjadi pelajar, uang jajan sangat terbatas. Dia hanya diberi Rp 5000 per hari. Selama belum menjadi PL, dia hanya mampu beli pulsa Rp 5 ribu. Selain itu, kebutuhan jalan-jalan belum terealisasi.
Dia mengaku berasal dari keluarga pas-pasan. Sehingga untuk bisa seperti teman-temannya yang punya HP bagus, bisa ke kantin dan jalan-jalan ke mall, tidak ada cara lain kecuali kerja.
"Tapi, kalau kerja biasa, waktunya tidak mungkin," ucapnya.
"Kalau ikut nyanyi-nyanyi kan sudah senang, kadang ditraktir dan punya HP bagus, semuanya menjadi lancar,” aku Purnama.
Lain Purnama, lain Bulan (bukan nama sebenarnya, red). Bulan mengaku tidak bisa bernyanyi. Namun, dia ditawari untuk menjadi PL.
“Ya, waktu ditanya sama teman bisa nyanyi atau tidak, saya katakan bisa. Nah saat itu saya dikenalkan sama tante-tante yang katanya mau memberi kerja untuk menemani tamu di tempat karaoke,” beber Bulan.
Awalnya, Bulan mengaku ragu. Namun, setelah terus diyakinkan dan dijanjikan akan dibelikan ini dan itu, dia pun akhirnya luluh. Apalagi dia hanya diminta menemani nyanyi-nyanyi bukan untuk melayani yang lain-lain.
“Tapi awalnya memang menemani nyanyi saja. Tapi, lama-lama juga ditawari yang lain-lain. Ya, mana mungkin ada yang percaya kalau sudah karaokean kemudian yang mabok tidak melakukan yang lain-lain,” katanya jujur.
Rupanya, potret kebutuhan pelajar masa kini yang mengikuti arus perkembangan zaman membuat mereka tertatih dari persoalan biaya. Akibatnya mereka pun menghalalkan segala cara hingga membuat fenomena PL seperti gunung es.
Kepala UPT Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak wilayah Kroya Dra H Nurochmah MSi kepada Radarmas mengatakan, ekploitasi ini justru telah dilakukan secara masif oleh para pemilik kepentingan bisnis. Karenanya, kasus penggerebekan kemarin harus membuat peringatan bagi banyak orang.
“Setidaknya, itu yang kami lihat disatu kasus penggrebekan rumah karaoke. Anak-anak belasan tahun itu memang sudah tereksploitasi secara masif,”kata Dra H Nurochmah MSi.
Dia meyakini, kasus ini tidak hanya ada di Kecamatan Binangun. Namun juga ada di tempat yang lain. Hal itu dikarena bisnis seperti ini tidak terlihat dipermukaan.
"Namun kalau setiap rumah karaoke di data, maka isinya didominasi PL belasan tahun,” kata dia.(yan/ttg)