Beralasan Terkendala Kontur Tanah
Dinas Pertanian Harus Kerja Keras
CILACAP-Rupa-rupanya kecanggihan teknologi harus diiringi sumber daya manusia yang bermutu. Sama halnya yang terjadi di Kecamatan Kroya. Sudah alat pertaniannya canggih, namun petani kesulitan untuk menggunakannya.
Bahkan, bukannya mempermudah dan mempercepat olah tanah maupun panen. Alat canggih tersebut justru menambah ongkos karena memerlukan pertolongan tenaga petani lainnya untuk mengevakuasi mesin-mesin canggih bantuan Kementrian Pertanian ini.
“Sudah pernah mencoba membajak tanah dengan mesin canggih, justru mesin justru terperosok ke kubangan dan harus diangkat,” kata Sunarto (54) salah seorang petani di Kroya, Kecamatan Kroya.
Pada pengalaman berikutnya saat mau menanam, ujar Sunarto, roda mesin justru tidak bisa bergerak dan bibit padi berhamburan.
“Pengalaman ini membuat kami merasa kurang cocok dengan mesin-mesin itu. Sebab dengan tenaga manual justru lebih gampang, atau memang kami yang belum menguasai,” akunya.
Petani lainnya Sumardiono (59) asal Kroya juga mengaku bukan hanya soal kesulitan yang dialaminya. Namun diprediksi dia, lahan sawah di Cilacap tidak cocok dengan mesin-mesin itu. Sebab, mesin-mesin itu ternyata untuk lahan yang luas.
Sedangkan di Cilacap, meski lahan sawah luas namun milik perorangan dan banyak pematangnya.
“Sehingga sangat sulit menggunakannya. Sebab terkendala kontur tanah yang lembek dan juga luasan yang dibatasi pematang sawah,”bebernya.
Untuk mesin panen yang ada juga tidak banyak digunakan. Selain karena masih banyak warga yang melarangnya, juga penggunannya tidak mudah. Ditambah hasil panen harus diangkut dari tengah dan itu menyulitkan.
“Ya begitulah, sepertinya yang dipusat belum banyak tahu soal kondisi di lapangan. Padahal harganya ratusan juta,”terangnya.
Kepala UPT Dinas Pertanian Wilayah Kroya Risun SP kepada Radarmas mengaku jika alat-alat tersebut memang masih dipelajari oleh etani. Sehingga penggunannya punbelum maksiamal, sebab belum sepenuhnya menguasai teknologinya.
“Masih perlu belajar untuk mekanisasi pertanian. Sebab alat-alat tersebut memang dibuat dengan teknologi canggih. Sedangkan petani kita baru tahap belajar sehingga belum sepenuhnya menguasai,”terangnya.(yan/ttg)