Cilacap Wilayah Barat Masih Diintai Longsor

Selasa 22-11-2016,08:30 WIB

MAJENANG-Ancaman bencana tanah longsor masih terus mengintip wilayah barat Kabupaten Cilacap. Peningkatan kerawanan ini terjadi pada puncak musim penghujan yang diperkirakan akan terjadi pada akhir tahun ini atau awal 2017 mendatang. "Ancaman bencana akan meningkat saat puncak musim penghujan," ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Tri Kumara melalui Kepala UPT BPBD Majenang, Edi Sapto Prihono, Senin (21/11) kemarin. Dia mewaspadai akan ancaman tanah longsor yang terus mengintip wilayah tersebut. Faktornya adalah kondisi dan topografi wilayah barat yang dipenuhi dengan perbukitan, pegunungan dan tebing curam. Kondisi tanah seperti ini terbentang mulai dari Kecamatan Karangpucung, Cimanggu, Majenang, Wanareja dan Dayeuhluhur. Sementara ancaman banjir masih satu strip dibawah longsor. "Ancaman utama adalah tanah longsor, baru banjir," katanya. Tingginya ancaman bencana terutama tanah longsor dan banjir, di wilayah itu juga terlihat dari data yang ada di UPT BPBD Majenang. Petugas setidaknya sudah mengeluarkan 5000 lembar kandi untuk memperkuat talud dan tanggul rusak. Jumlah ini masih ditambah dengan bantuan dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy. "Jumlahnya lebih dari lima ribu lembar," katanya. Karenanya, BPBD terus memantau sejumlah titik rawan longsor. Sebut saja segitiga Palujantung di Kecamatan Wanareja. Segitiga ini merupakan wilayah Desa Palugon, Jambu dan Cigintung yang sudah berulang kali longsor. Longsor ini tidak hanya membahayakan warga 3 desa itu. Namun juga sejumlah desa di Kecamatan Majenang. "Longsor Palujantung bisa ke sungai Cijalu dan mengakibatkan banjir di Desa Pahonjean dan Mulyadadi (Kecamatan Majenang)," katanya. Selain itu, tanah longsor kerap memutus akses jalan di daerah pegunungan. Kondisi ini dipastikan menambah tingkat kesulitan dalam penanganan tanah longsor. Selain itu, di beberapa kejadian tanah longsor justru memutus jalan karena tebing ambrol terbawa arus air yang ada dibawahnya. "Yang cukup rawan terkena adalah jalan kabupaten dan jalan desa. Bisa karena tebing longsor atau karena talud ambruk," katanya. Dia mengatakan, bencana yang sudah terjadi sepanjang musim penghujan tahun ini intensitasnya terus meningkat. Mulai dari September hingga November ini, bencana yang terjadi tergolong sporadis dan terjadi di berbagai titik. Namun demikian, bencana ini terbilang "kecil", terutama di sejumlah titik rawan bencana. "Bisa dibilang ini baru warming up," katanya. (har/ttg)

Tags :
Kategori :

Terkait