Pucung Kidul Tertinggi Kasus DBD
KROYA-Desa Pucung Kidul menempati urutan tertinggi kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Pasalnya, 22 dari 131 penderita DBD, Kecamatan Kroya diantaranya dari Desa Pucung Kidul. Menyusul kemudian Desa Kroya sebanyak 21 penderita dan Desa Karangmangu 20 penderita. Sedangkan Desa Ayamalas dan Mergawati masing-masing ada 15 penderita dan Desa Bajing 14 penderita. Sedangkan yang paling sedikit yakni Desa Pesanggrahan hanya ada satu kasus DBD.
"Jumlah 131 pasein DBD itu masuk wilayah dari Puskesmas Kroya 1. Ini hanya untuk sebelas desa. Sedangkan enam desa lainnya masuk di Puskesmas 2, datanya ada di sana,” kata Kepala Puskemas Kroya I dr Pujianto Basuki MM, Kamis (19/10).
Dikatakan dia, jumlahnya cukup banyak yakni mencapai 131 orang dari bulan Januari hingga Sepetember 2016. Banyaknya pasien DBD memang salah satunya karena faktor cuaca yang hujan hampir sepanjang tahun.
“Dulu DBD hanya ada di Desa Kroya, Bajing dan Bajing Kulon. Sekarang sudah menyebar ke seluruh desa di wilayah Puskemas Kroya I,” kata dia.
Sekarang justru di Desa Bajing Kulon sudah mengalami penurunan. Padahal, sebelumnya menjadi daerah endemis bertahun-tahun. Sehingga setiap tahun DBD menyerang puluhan warga Bajing Kulon.
“Bajing kulon sebagai salah satu desa yang rajin PSN dan juru pemantau jentiknya sangat aktif melakukan perburuan,” kata dia.
Sedangkan desa yang kurang dalam pelaksanaan PSN yakni Desa Pucung Kidul dan Desa Karangmangu. Sehingga wajar jika kasus DBD terus meningkat sebab banyak sarang nyamuk yang tidak terdekteksi.
“Kita berharap desa lebih giat lagi untuk menggerakkan warganya melakukan PSN. Sebab DBD sangat berbahaya jika tidak di cegah dari penyebabnya yakni nyamuk Aedes Aighypti,”tandas dia.
Koordinator Jumantik Kroya I Tatik mengatakan, salah satu yang harus terus digerakkan selain pemberantasan sarang nyamuk juga mengaktifkan jumantik di masing-masing desa. seperti di Desa Bajing, petugas jumantik sangat aktif untuk melakukan pemantauan jentik.
“Jika ada ciri jentik nyamuk Aedes Aighypti seperti gerakannya seperti hurif S, bersarag di air yang jernih dan tenang serta jentik lebih senang menenpel di dinding samping,”kata dia.(yan/ttg)