Kegemesan Kepala Disperindagkop, Dian Arinda Murni, Tentang Gula Semut

Selasa 04-10-2016,16:25 WIB

Sisir Hulu dengan Benih Pohon Pendek, Bawa Produk ke Trade Expo Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kabupaten Cilacap menargetkan bisa mengekspor produk Usaha Mikro Kecil dan Menengan (UMKM) berupa gula semut. Langkah ini dilakukan mengingat pasar di luar negeri masih terbuka lebar. Selain itu, produksi gula semut di Kabupaten Cilacap perbulan sudah mencapai 20 ton. HARYADI NURYADIN, Radar Banyumas "Kita tidak ingin kalah dengan kabupaten lain yang sudah ekspor gula semut," ujar Kepala Disperindagkop, Dian Arinda Murni, Senin (3/10) kepada Radar Banyumas. Dia mengakui, selama ini produk gula semut masih sulit menembus pasar luar negeri. Pasalnya, gula semut ini diproduksi para petani dan mereka harus bertemu dengan pedagang atau trader. Karenanya, petani kurang memiliki daya tawar terhadap trader baik dari dalam negeri maupun luar negeri. "Kita masih agak gemes dengan gula semut. Sulit sekali menembus pasar karena semua trader yang bermain. Kita tidak bisa salahkan karena produk masih di tataran tingkat petani," terangnya. Karena itulah, dalam waktu dekat Disperindagkop akan membawa gula semut dalam pameran di Trade Expo. Pameran yang digelar oleh Kementrian Perdagangan ini akan mengundang banyak pembeli dari luar negeri. Kementrian juga akan memfasilitasi pertemuan antara trader dengan produsen yang menjadi peserta dalam pameran di Kemayoran tersebut. "Nanti yang akan kita bawa hanya gula semut saja," katanya. Dikatakannya, target ini diharapkan bisa terwujud. Pasalnya, kabupaten tetangga seperti Banyumas dan Purbalingga sudah mampu mengekspor gula semut ke pasar luar negeri. Sementara produk gula semut di Kabupaten Cilacap, justru kerap dibeli oleh kabupaten lain. "Kita jangan sampai kalah. Nama Cilacap harus terangkat," ujarnya. Kabid Perdagangan, Yuni Astuti menambahkan, dinas terus mendorong agar produsen gula semut bisa meninggalkan bahan kimia dalam proses produksi. Seperti penambahan sulfit yang bisa diganti dengan tatal atau bahan lainnya. Dengan demikian, gula semut produk petani di Kabupaten Cilacap mampu meraih sertifikat organik. "Kita terus lakukan pembinaan," ujarnya. Disamping itu, pihaknya juga mencoba mengatasi kendala yang muncul di lapangan. Sebut saja keterbatasan jumlah penderes yang hanya 12 ribu orang. Jumlah ini masih kalah dengan Kabupaten Banyumas yang mencapai 27 ribu penderes. Selain itu, usia penderes rata-rata sudah tua dan minim regenerasi. Mengatasi hal ini, dinas berupaya mengganti jenis pohon kelapa yang lebih pendek. Tujuannya agar memudahkan penderes. Termasuk mencoba mencari alat yang memudahkan penderes untuk mengambil nira dari pohon kelapa. "Pakai benih pohon pendek," katanya. (har/ttg)

Tags :
Kategori :

Terkait