Mengenal Sindangsari, Desa dengan Puluhan Sendang

Selasa 02-08-2016,16:21 WIB

Tinggal 4 yang Masih Dipakai, Air Mengalir Sepanjang Musim Nama Desa Sindangsari berasal dari kata sendang yang berarti mata air. Dan pada dasarnya, desa ini dulu kala dikelilingi puluhan sumber mata air yang bisa digunakan warga untuk berbagai keperluan. Sayang, jumlah mata air yang ada sudah jauh berkurang. Bahkan ada yang sengaja ditutup dengan tanah oleh pemilik lahan. HARYADI NURYADIN, Majenang Sendang atau yang dalam bahasa banyumas kerap disebut beji, menjadi sumber kehidupan bagi semua makhluk. Dari penelusuran sejarah, air selalu menjadi magnet bagi manusia dan hewan. Bahkan penemuan manusia purba, selalu berdekatan dengan sungai Bengawan Solo. Demikian juga dengan mata air di Desa Sindangsari. Desa ini, dulu sempat memiliki belasan sendang yang tersebar di penjuru tempat. Maka tidaklah heran jika tempat ini sekarang menjadi salah satu desa kota dan berada di jantung ibu kota kecamatan. "Dulu ada belasan beji," ujar Kepala Desa Sindangsari, Amid. Dia lalu merujuk sejumlah cerita dari sesepuh desa yang mengambarkan keberadaan tiap-tiap beji. Seperti yang ada di utara taman kota. Disana, mata air tidak hanya satu, tapi ada dua dan selalu dimanfaatkan warga setempat. Demikian juga dengang yang ada di selatan alun-alun Majenang yang kini masuk wilayah RT 01 RW 04. Seiring perkembangan wilayah, sendang tersebut kini jauh berkurang dan menyisakan 4 titik saja. Sendang tersebut berada di RT 04 RW 05, RT 06 RW 02 dan RT 01 RW 04. Khusus di RT 04 RW 05, ada dua buah mata air yang sampai kini masih dipakai warga setempat. Melihat kondisi sumber daya yang ada, pemerintah desa setempat lalu membuat tempat penampungan. Dari sana, air kemudian disalurkan melalui pipa menuju rumah warga. Langkah ini membuat warga tidak kesulitan mencari air bersih. "Ada dua yang sudah dibuatkan tempat penampungan," katanya. Dan dari belasan beji itu, dia meningat ada 3 yang sudah tidak terlihat lagi bekasnya. Pasalnya, pemilik lahan sudah menutup sumber air dengan tanah. Bahkan ada yang sudah berdiri bangunan rumah atau kantor. "Yang ditutup ada di RT lima RW empat, delapan empat dan satu dua," katanya. Debit air beji yang masih dipakai sekarang tidak pernah menyusut meski diterjang kemarau panjang. Bahkan sumur ini kemudian menjadi tempat favorit warga jika kemarau melanda. Selain karena melimpah, air dari beji juga jernih seperti tidak terpengaruh oleh keberadaan bangunan disekitarnya. "Air sepanjang tahun selalu ada. Bahkan saat kemarau panjangpun sumur tidak kering," ujar Nuryanto, warga Desa Sindangsari. Dilihat dari kondisi geografis, Desa Sindangsari mendapatkan pasokan dari bukit yang ada disisi utara. Dan dengan ketinggian yang hanya 29 meter diatas permukaan laut (Mdpl), bisa dipastikan air akan mudah mengalir dari perbukitan menuju desa itu. (*/ttg)

Tags :
Kategori :

Terkait