Penjual Bendera Musiman Ramaikan Majenang

Kamis 28-07-2016,14:26 WIB

MAJENANG-Penjual musiman bendera, back drop dan layur penghias jalan, sepekan terakhir mulai bermunculan. Mereka menggelar dagangan di tepi jalan nasional agar memudahkan calon pembeli. Bendera dan beragam hiasan khas HUT RI pada tiap Agustus itu biasanya dibutukan masyarakat ataupun perkantoran baik negeri maupun swasta yang ada di Kecamatan Majenang. Para penjual musiman itu, kebanyakan dari Kabupaten Garut, Jawa Barat. Mereka membawa seluruh bendera tersebut dari perusahaan konveksi yang juga berada di Kabupaten Garut. Ukuran bendera juga beragam, mulai kecil, sedang hingga besar atau standar upacara. Salah satunya pedagang musiman tersebut adalah Ujang, yang berjualan di tepi jalan Diponegoro. Ia mengaku rutin berjualan setiap tahun. Ujang memilih meninggalkan sementara pekerjaannya demi berjualan bendera. Pekerjaan di Garut kembali dilanjutkan jika waktu berjualan bendera selesai. "Tiap menjelang Agustusan, saya jualan bendera," kata Ujang. Kegiatan berjualan bendera itu dipilih karena menjanjikan. Musim berjualan tahun lalu, misalnya, mampu menjual 25 kodi bendera. Bendera yang dijual bervariasi dari ukuran kecil sampai besar. Harganya juga menyesuaikan tergantung ukuran. "Yang beli juga beragam. Ada yang perorangan, ada juga yang borongan," katanya. Hal serupa juga dilakukan oleh Rosadi. Penjual musiman asal Kabupaten Ciamis ini mengaku saat ini penjualan masih sepi. Dalam sehari belum tentu ada pembeli yang datang. Namun dia berharap, memasuki pekan pertama Agustus penjulan akan kembali naik. Hal ini berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya. Pembeli biasanya makin ramai menjelang puncak peringatan HUT RI pada 17 Agustus. "Sekarang masih sepi. Biasanya baru ramai kalau sudah dekat upacara Agustus," katanya. Hal serupa juga dikeluhkan oleh Makmur. Dia menjelaskan ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan dagangannya kurang laku. Salah satunya karena masyarakat baru saja membeli peralatan sekolah untuk anak mereka menjelang tahun ajaran baru 2016-2017. Hingga mereka menunda pembelian bendera dan kebutuhan lainnya. "Bendera jadi kebutuhan nomor sekian setelah mereka beli buku untuk anak," katanya. (har/ttg)

Tags :
Kategori :

Terkait