Menguak Misteri Gunung Padang Desa Salebu, Kecamatan Majenang

Rabu 27-07-2016,19:10 WIB

Sambungan Batu-batu Sangat Rapih, Diketahui Sejak Zaman Belanda Situs Gunung Padang di Desa Salebu Kecamatan Majenang sempat menarik banyak perhatian setelah situs serupa terkuak di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Mulai dari masyarakat biasa, anggota DPRD, pemerhati budaya hingga kalangan akademisi pernah mendatangi lokasi tersebut. Namun sampai saat ini, belum ada yang tahu persis kapan punden berundak ini muncul. HARYADI NURYADIN, Majenang Gunung Padang, hanyalah salah satu bukit yang berada di Dusun Malongpong Desa Salebu. Seperti halnya lainnya di wilayah Kecamatan Majenang, bukit ini masuk kewenangan Perhutani dan banyak ditemukan pohon pinus. Selain itu, sejumlah warga sekitar memanfaatkannya untuk menanam kopi. Situs ini mulai terkuak dan menjadi perhatian luas pada 2008 lalu. Kala itu, sejumlah warga di Kecamatan Majenang melakukan ekspedisi kecil-kecilan didampingi juru kunci hingga mencapai puncak di ketinggian 618 meter diatas permukaan laut (dpl). Dari sanalah, nama Gunung Padang di Desa Salebu mendapatkan perhatian luas dari berbagai kalangan. Bapung Ganda mengatakan, situs ini sudah diketahui semenjak masa Kolonial Belanda. Hal ini berdasarkan penuturan leluhurnya yang diceritakan turun temurun dari kakek buyut, hingga dirinya. "Situs sudah diketahui dari zaman belanda. Mbah Buyut saya sudah menjadi juru kuncinya," jelasnya. Namun jika merunut pada hasil survey tim Balai Pelestarian Kepurbakalaan dan Benda Bersejarah Provinsi Jawa Tengah pada 2008 lalu dan Fakultas Geologi Unsoed (2005), memberikan kesimpulan berbeda dari pernyataan Bapung Ganda. Kedua tim menyebutkan kalau Gunung Padang terbentuk dari proses geologi. Sangat mungkin, situs ini terbentuk pada era purba pada ribuan atau bahkan jutaan tahun silam. Dan untuk bisa memastikan umur Gunung Padang, membutuhkan penelitan komprehensif dengan melibatkan tenaga ahli. Termasuk untuk menentukan apakah situs ini ada campur tangan manusia ataukah murni proses alam. Karena sampai saat ini, masyarakat Majenang masih mempertanyakan adanya sambungan pada batu-batu dan sangat rapih hingga mereka percaya adanya peran manusia disana. "Ada sambungan dan sangat rapi," ujar pemerhati budaya Majenang, Hizi Firmansyah. Situs ini berupa tumpukan balok-balok batu dengan panjang dan lebar sekitar 30 meter. Tumpukan batu ini menyerupai piramid yang tingginya mencapai sekitar 15 meter. Batu dari jenis batuan granit ini tertata rapi dengan bentuk yang bervariasi. Sebagaian bersegi empat, lima dan lainnya segi enam. Bahkan ada sebagian yang memilik segi delapan yang kesemuanya terpahat halus. Batu-batu ini hampir seluruhnya ditata kearah timur. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait