Suasana Ramadan di Ponpes Darut Taubah Wat Tarbiyah Lapas Cilacap

Jumat 24-06-2016,07:15 WIB

Tempat Taubat Sekaligus Lepas Rindu Ramadan di Rumah Lantunan Surat Al Baqoroh terdengar merdu dari Masjid At-Taubah, kompleks Lembaga Pemasyarakatan (LP) Klas II B Cilacap selepas shalat Dzuhur kemarin. Sekitar 44 napi rapi dengan gamis lengkap dengan peci. Terasa berbeda suasana ramadan kali ini. Mereka mendekatkan diri pada Allah saat mereka hidup diantara remang-remang jeruji besi. ABDUL AZIZ RASJID, Cilacap Sebanyak 44 napi dari berbagai kasus itu menjalani hidup di penjara dengan waktu tidak sama. Terpendek dua tahun dan terlama 13 tahun. Mereka merupakan santri dari Pondok Pesantren Darut Taubah Wat Tarbiyah. Pondok pesantren yang berbeda dengan pondok pesantren pada umumnya, karena dibangun di dalam LP Klas II B Cilacap. Pondok itu, bisa dikatakan adalah rumah pertaubatan dari kegelapan masa silam. Tiga tahun sejak didirikan pada 2013 silam, saban Senin sampai Kamis, puluhan napi yang terpanggil untuk mendekatkan dirinya pada pencipta diajarkan tentang Tauhid, Fiqih, Tajwid Al-Qur'an, cara berdakwah dan tentu khusyuknya Ibadah. Para napi itu, memulai kegiatannya sebagai santri sejak pukul 8 sampai 10 pagi dimana kitab suci Al Qurn merupakan titik tolak mereka menimba ilmu agama. Zainuddin (43) misalnya yang terlibat kasus imigran dan ditahan selama 3 tahun, menyatakan ponpes Darut Taubah Wat Tarbiyah adalah bagian pertaubatan hidupnya. Di sana ia merasa menjumpai kedamaian untuk mendamaikan gejolak hatinya dari perbuatan buruk yang pernah ia lakukan. Terutama saat tiba Ramadan ini, ia berharap menemukan pertaubatan sejatinya, sebagai seseorang yang betul-betul utuh yang dipudarkan setiap kesalahannya dan mendapat berkah dari Allah. "Di ponpes ini, saya menimba ilmu agama. Walau memang, rindu rumah selalu saya alami setiap datangnya Ramadan," ujar Zainuddin pada Radar Banyumas saat ditemui di masjid At-Taubah, Kamis (23/6) kemarin. Bukan hanya Zainuddin seorang yang mengalami perasaan serupa, Mudiono (40) dalam Ramadan ini sebagai santri Pondok Pesantren Darut Taubah Wat Tarbiyah menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk lebih mendalami Tauhid, fiqih dan akhlak. Ia bercerita, tradisi positif yang dibangun selama menjadi santri, yakni dibiasakan untuk melakukan kultum pada sesama napi sebelum melaksanakan ibadah sholat dzuhur. Tradisi ini, membuat ia mesti memikirkan kembali kediriannya di hadapan Allah atas sikap-sikapnya terdahulu, untuk menjadi manfaat hidup bagi napi lain. "Malam hari di sel ya memikirkan materi kultum. Karena memang salah satu materi yang diajarkan terkait dakwah oleh para pendidik yang didatangkan dari Kementerian Agama Cilacap," ungkapnya. Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas) Klas II B Cilacap, Hernowo Sugiastanto menerangkan ponpes Darut Taubah Wat Tarbiyah memang didirikan untuk menebalkan spiritualitas warga binaan. Sejak mulai berdiri 3 tahun silam, ponpes ini telah tiga kali melakukan kelulusan santri. Khusus di Ramadan ini, Hernowo menyatakan melakukan peringatan Nuzulul Qur'an sekaligus wisuda santri pada 44 napi. Mereka dianggap telah memenuhi pembekalan ajaran-ajaran keagamaan yang disampaikan oleh 8 pendidik dari Kemenag Cilacap. "Harapan saya mereka keluar, bisa terlibat dalam syiar agama. Ponpes ini kami niatkan sebagai rumah koreksi diri untuk menjadi lebih baik," ungkapnya. Hernowo juga bercerita tak ada paksaan pada napi untuk terlibat dalam aktivitas di ponpes. Mereka yang ingin menjadi santri dibiarkan tumbuh atas kesadaran sendiri. Hanya saja memang, di ponpes tersebut dilakukan dua pembagian kelas, dimana kelas pertama untuk para napi awal yang belum banyak memiliki pengetahuan agama dan kelas kedua bagi para napi yang ingin memperdalam ilmu agama, utamanya Islam. "Santri dengan masa tahanan terlama 13 tahun. Selain itu, untuk pembebasan bersyarat, bagi napi kami mewajibkan untuk hapal dua suratan," imbuhnya. Ponpes Darut Taubah Wat Tarbiyah yang diramaikan bacaan Al-qur'an oleh para napi santri di bulan Ramadan ini, setidaknya memperlihatkan perjuangan sosok-sosok yang terhukum untuk terselamatkan dalam iman. Tuhan bagi mereka adalah sosok yang inklusif, kedalam kemahapemurahan, Allah bermurah hati dengan pembebasan kedamaian hati mereka. (*/acd)

Tags :
Kategori :

Terkait