KENALKAN : Tim Relawan Lintas Komunitas, Amin, Kris Hartoyo dan lainnya saat menyerahkan Eco Enzyme ke Kepala Dinpertan Purbalingga, Mukodam, pekan kedua Mei lalu. (Lintas Komunitas untuk Radarmas)
Mengenal Relawan Lintas Komunitas Pembuat Eco Enzyme Kabupaten Purbalingga
Ratusan liter cairan berwarna kuning dan sedikit coklat pekat dalam berbagai wadah, terlihat di area gedung Klentheng Hok Tek Bio, Purbalingga Kulon, Kecamatan Purbalingga, Minggu (26/6) sore. Ya itulah cairan mujarab bernama Eco Enzyme, hasil produksi Lintas Komunitas di Kabupaten Purbalingga. Bagaimana manfaat Eco Enzyme hingga liku-liku pembuatannya sampai disinyalir ampuh atasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada ternak.
AMARULLAH NURCAHYO, PURBALINGGA
Beberapa orang terlihat memegang pisau dapur dan di dekat mereka ada keranjang sampah berisi buah-buahan yang sudah menjadi sampah. Perlahan sampai cepat, tangan-tangan terampil dua orang terlihat mengiris- iris berbagai jenis bekas buah-buahan yang didapatkan dari sampah toko buah maupun penjual es buah.
Radarmas mencoba mendekat salah seorang bernama Lim Ngan Min atau akrab di sapa Koh Amin. Ia mengungkapkan, kurang lebih setahun, bersama lintas komunitas mencoba memasyarakatkan eco Enzyme dan pembuatannya. Para relawan sudah bisa memahami dan membuat cairan serbaguna ini.
Dirinya tak pernah sedikitpun mengkomersilkan hasil produksinya. Karena semua demi bersih bumi dan membantu sesama. Karena sejatinya Eco Enzyme digunakan untuk cairan luar dan pada bagian luar tubuh manusia maupun hewan. Bahkan bau menyengat sampah, kandang ternak, bisa hilang hanya dengan sedikit Eco Enzyme yang dicampur air biasa dengan perbandingan 1; 1.000.
“Hanya dengan perbandingan 1 liter Eco Enzyme dan 1.000 liter air, bisa menghilangkan bau kandang dan menyemprot tubuh sapi agar segera terhindar dari PMK,” ujar Amin.
Ia dan rekan lainnya sudah menguji coba mendatangi kandang sapi yang ternaknya mengalami positif PMK. Hanya dalam waktu 3 hari usai diolesi Eco Enzyme dan disemprot, sapi sudah kembali lahap makan dan terlihat ada perubahan.
https://radarbanyumas.co.id/vaksinasi-pmk-diperluas-disiapkan-18-407-vaksinator/
Relawan ini juga tak mengklaim bisa 100 persen mengobati PMK pada sapi. Karena Eco Enzyme bukan obat, hanya membantu meredakan dan mengeringkan suatu luka luar. Misalnya mulut sapi yang terkena PMK dan bagian tubuh sapi lainnya.
“Eco Enzyme kami sudah sandingkan ke Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Purbalingga. Namun hingga kini belum ada respon kelanjutannya. Padahal kami siap dan sudah ada stok banyak serta gratis jika dibutuhkan,” ungkap pria bertubuh sedang ini.
SEMPROT : Anggota relawan saat menyemprot sapi dan kandangnya, Mei lalu.
Amin mempersilakan jika ada peternak, masyarakat yang membutuhkan, datang saja ke komplek Klenteng Hok Tek Bio Purbalingga. Karena markas/posko relawan lintas komunitas ini ada di sana. Sekali lagi ditegaskan Amin, tidak ada yang untuk komersil.
Eco Enzyme dibuat dari bahan sampah organik. Salah satunya dari sisa kulit buah. Eco enzyme adalah cairan serbaguna yang dihasilkan dari proses fermentasi sampah organik seperti sisa kulit buah dan sayuran. Pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong dari Thailand.
“Tujuannya adalah untuk mengubah enzim yang terdapat dalam sampah organik menjadi larutan pembersih organic,” rincinya.
Produksi eco enzyme yang dibuat oleh lintas komunitas di Purbalingga tersebut bisa dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, di antaranya untuk disemprotkan ke tumpukan sampah, sehingga mampu mengurangi gas metana dan bau. “Bisa juga untuk dituang ke sungai. Sehingga air sungai kualitasnya menjadi lebih baik dan jernih. Lalu penyembuh luka karena gatal di kulit. Kami sudah kirim sampai Salatiga,” tuturnya. (amr)